Dalam hidup kita mempunyai pandangan yang berbeda - beda terutama tentang ilmu pengetahuan. Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang norma - norma atau nilai dalam ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, aksiologi bertanya tentang nilai-nilai yang mendasari apa yang kita anggap sebagai "pengetahuan yang benar" dalam sains. Aksiologi dapat membantu kita dalam memahami dan mengetahui manfaat suatu ilmu pengetahuan. Sering kali kita berpikir ilmu pengetahuan itu murni objektif dalam artian, fakta dan data yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh nilai atau pandangan pribadi. Namun, aksiologi menunjukkan bahwa ini tidak sepenuhnya benar. Dalam kenyataannya, nilai-nilai pribadi, sosial, dan bahkan politik bisa memengaruhi cara kita mendekati riset, memilih topik, dan bagaimana kita menafsirkan hasilnya.
Misalnya, seorang ilmuwan yang akan melakukan riset atau ingin memilih sebuah topik untuk dipelajari, keputusan ilmuwan untuk memilih sebuah topik tidak hanya didasari untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keputusan itu juga sering dipengaruhi oleh nilai - nilai yang ada dimasyarakat dan keinginan pribadi. Misalnya, ilmuwan tersebut lebih memilih topik tentang pemanasan global daripada topik - topik yang lebih ringan. Hal tersebut bisa jadi karena pemanasan global lebih penting daripada hal - hal kecil. Selain itu, hal tersebut juga bisa dipengaruhi oleh norma - norma sosial yang menganggap masalah lingkungan sebagai isu yang lebih penting. Ini menunjukkan bahwa penelitian ilmiah, meskipun tampak objektif, sebenarnya tidak sepenuhnya bebas dari nilai - nilai yag ada dalam kehidupan.
Aksiologi juga mempelajari tentang bagaimana suatu ilmu pengetahuan akan berdampak ke masyarakat. Ilmu pengetahuan sering kali dikaitkan dengan teknologi atau sesuatu hal yang baru, yang dapat mengubah atau memengaruhi cara hidup masyarakat. Misalnya, di beberapa tahun ini penemuan kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal sebagai AI. Penemuan ini bisa memberi dampak yang besar, baik positif maupun negatif. Hal ini kembali kepada nilai norma yang digunakan saat menggunakan penemuan baru ini. Teknologi dapat menjadi hal yang membawa kemajuan dan juga bisa menjadi hal yang membawa kehancuran .
Nah, aksiologi dalam ilmu komunikasi membahas tentang nilai dan norma dalam berkomunikasi. Hal ini tidak dibatasi hanya untuk menyampaikan sebuah informasi, seperti yang kita ketahui bahwa komunikasi tidak hanya menyampaikan sebuah pesan tetapi juga soal bagaimana nilai-nilai yang kita anut memengaruhi cara kita berbicara, mendengar, dan memahami satu sama lain. Misalnya komunikasi antarbudaya, nilai - nilai budaya dalam suatu daerah dapat dianggap tidak sopan atau kasar di daerah lainnya. Dalam komunikasi, kita tidak hanya berbicara tentang kata-kata yang diucapkan, tetapi juga tentang nilai-nilai yang dipegang oleh masing-masing pihak yang berkomunikasi. Jadi, fungsi aksiologi dalam komunikasi adalah menjaga nilai dan tanggung jawab etis untuk memastikan bahwa komunikasi tersebut dilakukan untuk kebaikan bersama bukan untuk perselisihan
Misalnya, dalam komunikasi interpersonal kita lebih memilih intonasi, gaya bicara, dan bahasa yang berbeda saat berbicara. Selain itu, nilai - nilai tersebut juga dapat dilihat saat kita mendengarkan dan cara kita memberikan respon. Seiring dengan itu, nilai kepercayaan dan empati sangat penting dalam komunikasi yang efektif, karena tanpa ada keduanya, pesan bisa mudah disalahpahami atau bahkan disalahtafsirkan.
Seperti yang kita ketahui, aksiologi menjadi ilmu yang menekankan tanggung jawab etis. Maka dari itu, seorang komunikator juga harus bertanggung jawab saat ia menyampaikan sebuah pesan. Seorang komunikator harus memikirkan dampak dari pesan yang ia sampaikan. Baik itu merupakan komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, atau komunikasi massa. Jika komunikator tidak bertanggung jawab atas pesan yang disampaikan, pesan tersebut bisa menimbulkan pertikaian. Contohnya, dalam dunia digital sekarang sudah banyak ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain, yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak etis, seperti ujaran kebencian atau penyebaran informasi palsu. Ini menunjukkan bahwa komunikasi bukan hanya soal transfer informasi, tetapi juga soal etika dan tanggung jawab.
Selain itu, dalam media sosial kita sering melihat komunikasi yang dipengaruhi algortima yang bersifat provokatif dan emosional daripada konten yang bersifat informatif dan bermanfaat. Media sosial juga dapat membentuk opini publik dari konten atau media yang ingin mereka tunjukan, hal ini dapat mengakibatkan ketidaksetaraan informasi, dan bahkan memanipulasi persepsi masyarakat tentang isu-isu penting. Namun, aksiologi komunikasi juga menjadi tempat kita untuk mengevaluasi sejauh mana komunikasi dapat memberi perubahan sosial. Ketika kita berkomunikasi, baik dalam konteks pribadi maupun publik, kita dapat memilih untuk berbicara dengan cara yang membangun hubungan, menyatukan, atau justru memperburuk perbedaan.
Secara keseluruhan, aksiologi dalam komunikasi memberi kita wawasan penting tentang bagaimana nilai-nilai dalam kehidupan juga membentuk komunikasi itu sendiri. Ia mengingatkan kita bahwa komunikasi tidak pernah netral dan akan selalu ada nilai yang memengaruhi pesan, cara kita menyampaikan pesan, dan cara kita memahami pesan orang lain. Oleh karena itu, refleksi aksiologis dalam komunikasi dapat membantu kita untuk berkomunikasi dengan lebih etis, lebih empatik, dan lebih sadar akan dampaknya terhadap orang lain. Ini adalah langkah penting menuju komunikasi yang lebih jujur, terbuka, dan bermakna dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H