Lihat ke Halaman Asli

M NASIHUDDIN

tinggal di jombang jawa timur

Kegilaan Berpikirku Melahirkan Posbaca dari Poskamling

Diperbarui: 11 Juli 2021   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Masih teringat 2 tahun yang lalu, tepat 1 juli 2019 aku mengajak kawan-kawan pemuda Mojoduwur salah satu desa di Jombang tanah kelahiranku. Kala itu untuk mengerjakan ide-ide gilaku, mengecat poskamling yang notabene berfungsi sebagai tempat bapak-bapak jagongan atau istilah jawa untuk nongkrong sekedar untuk minum kopi bahkan untuk main kartu 'remi'. Dengan warna warni yang menarik mata anak-anak kecil, kupasang pula rak buku dan media belajar lengkap dengan permainannya.

Aku ingat betul bagaimana orang-orang yang melihatku mengecat pos kala itu beberapa mencemoohku, yang dikira kegiatan agustusan masih lama lah, yang dibilang setannya poskamling kaburlah, tapi tak menyurutkan niatku menyelesaikannya.

Iya, aku menyebutnya Pos baca, yang kurang dari satu bulan 2 Poskamling lain berhasil aku sulap bersama kawan-kawan disana. Merosotnya ketertarikan anak-anak dan pemuda di dunia literasi di desaku saat itu membuatku berinisiatif melakukan ide gila itu. Berawal dari kutuliskan apa yg telah aku kerjakan di blog milikku sendiri, dan kemudian tak kusangka menjadi magnet wartawan media online mulai dari lokal, regional bahkan sampai nasional.

Aku ingat betul salah satu motivatorku dalam berliterasi, cak syafi'I seniorku di IPNU juga seorang wartawan di Kompas.com yang akhirnya memperlihatkan Pos Baca ku ke beberapa rekan wartawannya. Sampai pada saat itu beberapa TV Lokal sampai Nasional turut meliputnya.

Tak kukira antusias masyarakat kala itu menjadi euforia kebanggaan atas berdirinya "Kampung Pendidikan" tagline Bangga Menjadi Mojoduwur, mulai tersebar dan menjadi icon ditiap tiap rumah di Mojoduwur. Yang tak habis pikir saat itu bahkan Pemerintah Desa menyambut antusias ide kesadaran berliterasi dengan menganggarkan Sekitar 40 Juta untuk membuat Perpustakaan desa beserta fasilitasnya.

Donatur buku yang tak henti-hentinya pula berdatangan membuat Kampung Pendidikan kala itu kian berkembang pesat, sampai karnaval ditahun itu, Kampung Pendidikan menjadi Icon kebanggaan yang terpampang dengan penuh hiasan dari seluruh warga di Mojoduwur.

Sayang, belum satu tahun berjalan aku tidak bisa berlama-lama di desa kala itu dan meninggalkan desa untuk bekerja di Lingkup Kabupaten Jombang untuk mengejar cita-cita karirku. Yang kukira pemuda-pemuda lain akan meneruskan pemikiran gila itu, ternyata tak semudah yang aku bayangkan sebelumnya. Satu tahun berjalan jumlah relawan makin bertambah, tapi aku mulai merasa mereka mulai kehilangan arah tanpa penggagas ide gilanya.

Dan saat ini 2 tahun sudah "Kampung pendidikan itu berdiri. Saat aku pulang, dan melihat pos pos itu sudah kembali ke fungsi awalnya, tanpa buku dan permainan anak didalamnya. Catnya pun mulai memudar. Tapi aku masih menaruh harapan besar, kesadaran para pemuda disana untuk berliterasi dan mau melakukan inovasi di kampungnya terus ada. Mungkin tidak sekarang, tapi kedepan embrio itu harus ada di otak dan pemikiran pemuda di kampong pendidikan.

Happy Anniversary ke-2 Tahun Kampung Pendidikanku. Semoga semangat literasi terus terpupuk, sehingga masa depan bangsa ini semakin cerah seperti cerahnya pemikiran pemudanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline