Lihat ke Halaman Asli

Janji

Diperbarui: 6 Maret 2024   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu kicau burung kutilang terdengar sangat berisik seolah mereka berebut jatah makan yang diambil binatang lain, udara sore terasa sangat sejuk karena memang berada di dataran tinggi, sehingga permukaan laut pun terlihat indah.  Jika mengalihkan pandangan ke arah utara seakan jiwa ikut terbang ke angkasa, karena dari tempat tersebut terlihat jelas lapangan udara Ahmad Yani yang membentang dari utara ke selatan dan berseberangan dengan pantai Maron (Marina Kulon). Setelah beberapa daun mangga yang terlihat kuning jatuh di hadapan Aji, tiba-tiba ia teringat dengan janjinya dulu yang pernah diucapkan ketika pertama kali Ia mulai mengajar privat bahasa arab dan inggris di sebuah perumahan yang tidak terlalu mewah. Mayoritas penghuninya adalah pegawai biasa dan dosen di beberapa perguruan tinggi yang ada di Semarang.

Aji adalah mahasiswa yang tidak terlalu mahir bahasa arab maupun inggris, karena  kebutuhan finansial yang memaksa akhirnya ia mencoba tantangan yang sama sekali belum pernah ia lakukan, mengajar privat.

Informasi tentang ada orang yang butuh tenaga privat yang bisa bahasa paman Sam dan  bahasa Muhammad itu dari teman jauhnya yang kenal berapa kali pertemuan dan saling berhubungan lewat WA. Kemudian Aji langsung datang ke rumah orang yang bersangkutan dan saling memperkenalkan diri serta ngobrol sedikit tidak terarah dari tujuan utama.

Beberapa saat setelah obrolan Aji dengan tuan rumah  mengenai kesepakatan tentang tawaran yang diberikan, dengan sedikit keraguan Aji mencoba untuk memberikan kepastian yang meyakinkan.

"Baik bu, saya akan mencoba memberikan materi yang dibutuhkan untuk menunjang pelajaran bahasa Vania" sambil meyakinkan Bu Guripno.

"Vania bagaimana? Ini mas Aji yang akan mengajarkan kamu bahasa Arab dan Inggris" sambil menoleh ke arah Vania.

"Iya Bu," sambil tersipu malu.

Jarum jam terus berputar, tak sadar kami berbincang waktu sudah menunjukan pukul 16.30 WIB, Aji dan Vania langsung ke rumah sebelah yang biasa digunakan pengajian kaum Ibu, ruangan yang berhias cat putih dengan sedikit dekorasi yang dapat memecah kepenatan dalam waktu-waktu tertentu, sehingga ketika sore hari,  terlihat lengah seperti tidak berpenghuni. Pak Guripano yang memiliki poster tubuh agak gemuk dan tidak terlalu tinggi mengingatkkan Aji pada Pak Komar yang biasa memimpin sholat berjamaah dengan suara merdunya. Sambil membawa selang biru, Pak Guripno biasa menyiram pepohonan yang tumbuh tidak teratur di depan rumah yang akan Aji gunakan untuk mengajar Vania setiap sore.

Matahari terlihat malu-malu menyingsingkan sinarnya, awan di ufuk barat terlihat kuning kemerah-merahan padahal waktu baru pukul 17.15 WIB. Setelah selesai mengajar Vania, Aji menyempatkan waktu sebentar untuk berbincang mengenai jadwal mengajar selanjutnya, mereka sudah tahu bahwa Aji mahasiswa yang memiliki aktifitas sedikit padat, sehingga jadwal harus diatur sedemikian rupa agar  tidak berbenturan  dengan kegiatan yang sudah ada.

"Bagaimana Bu untuk jadwal selanjutnya?" agak sedikit ragu

"Mas bisanya kapan saja? yang penting tidak mengganggu kegiatan mas yang sudah ada", sambil menawarkan waktu luang Vania.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline