Lihat ke Halaman Asli

Pemimpin Ideal

Diperbarui: 29 Februari 2024   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini seluruh rakyat menunggu hasil pemilu 14 Februari lalu, sejatinya akan lahir pemimpin bangsa ini dari hasil pemilu sesuai dengan yang diharapkan. Pemimpin adalah manifestasi dari yang dipimpin yaitu rakyat, oleh karena itu pemimpin ideal adalah pemimpin yang diinginkan dan dipilih oleh rakyat yang akan dipimpinnya. Dalam Islam, pemimpin paling ideal adalah nabi Muhammad saw. Selain pemimpin umat, beliau adalah pemimpin dalam segala lini kehidupan.

Bulan Rabiul Awal telah melalui kita, bulan yang penuh rahmat dan kasih sayang. Pada bulan ini lahir seorang yang sangat mulia budi pekertinya, beliau diutus untuk seluruh umat untuk menyempurnakan akhlak. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari sejarah sirah nabi Muhammad, diantaranya adalah tentang kepemimpinan. Nabi Muhammad adalah pemimpin multitalenta yang dimiliki dunia, selain seorang pemimpin umat beliau juga sering menjadi komandan perang yang terjun langsung ke medan juang.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyebutkan, setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap yang dipimpin, imam adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap yang dipimpin. Laki-laki  adalah pemimpin bagi keluarganya, perempuan adalah perempuan adalah pemimpin terhadap rumah tangganya, pembantu adalah pemimpin terhadap harta benda tuan rumahnya. Semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.

Ada beberapa kriteria pemimpin yang disyaratkan dalam kacamata agama. Pertama, Amanah (terpercaya) artinya Seorang pemimpin harus mendapat kepercayaan masyarakat (Negara) dan mahasiswa (Perguruan Tinggi), sehingga tidak menyia-nyiakan amanah yang diembannya, karena sebuah masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera akan terbentuk manakala pemimpinnya mendapat kepercayaan (legitimasi) dari orang-orang yang dipimpin. 

Kedua, Cerdas, persyaratan menjadi pemimpin adalah memiliki kemampuan intelegen (IQ) yang tinggi, sehingga mampu menganalisa dan mengatasi masalah yang terjadi di lingkungannya. Ketiga, Tabligh (komunikatif), Pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat dan pimpinan yang ada di atas dan di bawahnya, sehingga akses informasi bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Keempat, Shidiq (jujur) Kejujuran seorang pemimpin merupakan bagian dari kesuksesan  dibuktikan. 

Ditelisik dari perspektif kebangsaan, wajah pemimpin yang memiliki peluang untuk tampil di panggung politik nasional bisa dibedakan menjadi beberapa tipikal. Menururt Amat Iskandar dalam buku Pemimpin Bangsa Abad XXI, ada beberapa kriteria pemimpin yang pantas digarda depan suatu negara. 

Menurutnya sosok pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki kapabilitas seperti; Pertama, pemimpin yang menjunjung tinggi demokrasi, yaitu pemimpin  yang memihak kepada kepentingan rakyat, bukan pemimpin yang hanya membela partai yang mengusungnya. Kedua,  pemimpin yang selalu memperhatikan kesejahteraan rakyat, jika rakyatnya selalu dirundung kesusahan dan kesulitan, tidak mungkin  suatu negara akan maju dan berkembang. Ketiga, pemimpin yang anti korupsi dan bersemangat dalam memberantas KKN, sebab KKN adalah virus mematikan yang menggerogoti  moral bangsa. 

Keempat, pemimpin yang benar-benar merakyat, sehingga dalam menjalankan tugas dan kewajiban untuk kepentingan rakyat banyak, bersikap terbuka, transparan dalam menjalankan  kebijakan, bersifat arif dan tidak pilih kasih. Kelima, pemimpin yang berani dan tampil penuh percaya diri, artinya tidak mengandalkan partai atau golongan. Selain itu juga ia lebih mengedepankan mawas diri, tidak sombong serta tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. 

Sebagai kaum intelektual, generasi muda memiliki kapabilitas dan pengetahuan yang mumpuni untuk jadi seorang pemimpin. Ketika B. J. Habibi menjabat pemimpin negara, ia memberikan sebuah diskursus bahwa seorang pemimpin harus mampu memberikan segenap daya dan upayanya untuk kepentingan orang banyak dan juga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang  dihadapi masyarakat. Sebagai negara plural, baik ras, adat, bahasa bahkan agama, maka seorang pemimpin harus netral di semua lini, walaupun keyakinannya berasa pada agama tertentu. 

Sudah saatnya kita memilih pemimpin yang sesuai dengan hati nurani, tidak hanya pemimpin yang terlihat baik ketika berkampanye saja tetapi moralnya bobrok. Dalam memilih pemimpin kita harus tahu dan  mengerti bebet, bibit dan bobotnya.  Sebab hal tersebut sangat menentukan sikapnya  ketika mengarungi dunia politik yang setiap waktu bisa berubah sesuai dengan kepentingannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline