Lihat ke Halaman Asli

Trimanto B. Ngaderi

Penulis Lepas

Berguru kepada Ajahn Brahm

Diperbarui: 28 Juni 2020   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BERGURU KEPADA AJAHN BRAM

Ketika saya mengunjungi sebuah toko buku, saat sedang melihat-lihat buku yang menarik untuk saya beli, aku melihat sebuah buku berjudul "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya". Melihat sampulnya yang bergambar seorang biksu, seketika aku berpikir, alah paling buku tentang ajaran agama Budha.

Setelah aku cermati lagi sampulnya, ternyata dia biksu dari Barat. Hal itu membuatku tertarik untuk membuka buku itu dan membaca sedikit isinya. Oh, ternyata isinya berupa cerita-cerita singkat, mirip dengan kisah-kisah inspirasi/motivasi. Awalnya aku sempat ragu untuk membeli buku itu, sebab aku merasa sudah sering sekali membeli dan membaca buku semacam itu. Tapi aku mencoba membuka dan membaca cerita-cerita lainnya. Wow, sepertinya menarik dan unik. Akhirnya aku putuskan untuk membelinya.

Setelah sampai di rumah, aku pun membaca buku itu. Menarik, menarik, dan menarik. Rasanya tak mau berhenti membacanya dan ingin segera menyelesaikannya. Ini berbeda sekali dengan buku-buku inspirasi lainnya. Walau dalam cerita itu sebagian berasal dari ajaran agama Budha, tetapi pesan yang disampaikan tetap bernilai universal.

Beberapa pesan atau nilai yang membuat buku ini harus Anda baca adalah bagaimana meraih kebahagiaan yang sejati, bagaimana agar tidak terikat oleh dunia maupun benda-benda, bagaimana me-manajemen konflik, bagaimana membangun hubungan baik dengan orang lain; selain itu bagaimana agar kita memperoleh kebebasan, kemerderkaan, dan kekuatan dalam menjalani hidup.

Tak kalah menariknya adalah kisah-kisah lucu di dalamnya: humor segar, lelucon unik, candaan khas biksu. Penulis sengaja membuat lelucon untuk menghibur, memberikan pengajaran, menyindir, mengkritik, atau menyikapi suatu persoalan dengan cara dan sudut pandang yang berbeda. Mirip-mirip humor ala sufi atau humor ala kiai.

Substansi dari buku ini, penulis ingin mengajak kepada umat manusia untuk berbuat "dharma". Mungkin padanannya dalam agama Islam adalah berbuat amal shalih. Hidup yang singkat ini harus senantiasa diisi dengan kebaikan, kebajikan, kewelasan, kedermawanan. Di sisi lain, jauhi segala keburukan, kejahatan, keserakahan, kezaliman, kebencian, dll. Intinya, milikilah karma (pahala) yang baik, agar hidup menjadi selamat, bahagia, damai, dan harmonis.

Melalui buku ini pula, kita menjadi tahu segala hal tentang kehidupan seorang biksu, apa saja yang ia lakukan, pemikiran dan pandangannya, ritual dan tradisi, bentuk pelayanan, suka-duka, pilihan selibat, dan peran mereka di tengah kehidupan yang kian materialis dan sekuler seperti sekarang ini. Sebagai cuplikan, seorang biksu tidak boleh memiliki atau menyimpan uang, tidak boleh menerima upah atau bayaran, makan hanya sekali sehari, mendapat makanan dari hasil derma (sedekah) penduduk sekitar.

Buku ini ditulis oleh seorang biksu yang berasal dari Inggris bernama asli Peter Betts, kelahiran 7 Agustus 1951. Ia memutuskan pergi ke Thailand untuk menjadi biksu dan berguru kepada Ajahn Chah. Saat ini, ia telah menetap di Australia dan memiliki wihara sendiri. Ia telah diundang ke berbagai negara untuk mengisi ceramah dan memberikan pencerahan, termasuk di Indonesia.

Sumber gambar: podtail.com

Buku ini benar-benar telah mengubah hidupku. Mengubah dalam hal cara pandang, pola pikir, paradigma, cara bersikap, berperilaku. Saking bermanfaatnya buku ini, aku langsung membeli buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya" Seri 2 dan Seri 3. Selain ketiga buku itu, Ajahn Brahm juga menulis beberapa buku menarik lainnya.

Buku ini layak dibaca oleh siapapun, dari agama apapun. (Selamat membaca!)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline