Lihat ke Halaman Asli

Renungan Akhir Tahun dari Rumah Makan Tokyo

Diperbarui: 21 Desember 2015   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai niat awal, penulis hendak berwisata kuliner dengan mengunjungi sebuah restoran di bilangan Shibuya, Tokyo. Ukurannya yang tidak begitu besar mungkin menjadikannya lebih tepat dianggap sebagai “rumah makan” oleh sebagian orang.

Sambutan ‘irashaimase!’ diserukan si empunya rumah makan begitu penulis masuk. Usut punya usut, rumah makan ini dimiliki oleh Keluarga Koda (甲田) –Sang suami memasak dan sang istri melayani pelanggan. Mereka mulai ngeh dengan logat Jepang saya yang asing dan menanyakan asal-usul saya. Saya menjawab singkat: Indonesia.

Dengan Bahasa Inggris berlogat kental, Pak Koda menimpali: “Indonesia? Jakarta ya? Apakah Anda Muslim? Kalau begitu saya bisa rekomendasikan menu yang tidak mengandung babi dan alkohol.” Sepertinya Pak Koda adalah orang yang sangat berpendidikan!

[caption caption="Penulis (Kiri) bersama dengan Pak Koda (甲田さん)"][/caption]

Tebakan saya benar: Pak Koda ternyata adalah mantan pekerja eksektutif kantoran (salaryman)!

 

Siapakah Sebenarnya Pak Koda?

Pak Koda (Tulisan Jepang: 甲田) lahir di Prefektur Niigata dan terjun ke dunia bisnis hingga merantau ke Tokyo.

Singkat cerita, Pak Koda memiliki karier yang melejit. Namun, diantara hiruk-pikuk kehidupan kantornya, Pak Koda secara pribadi merasa adanya “kekosongan”. Di usianya yang sudah kepala enam, ia merasa memiliki tujuan hidup yang tidak tercapai dengan merasa melakukan hal yang berulang kali dilakukan hingga ia berada pada titik jenuh. Kesehatannya pun sering terganggu. Lebih lanjut, Pak Koda merasa mengejar cita-cita yang bukan berasal darinya. Memang ia hidup di masyarakat yang bersifat “konformis” dan “komunal”. Melebur ke norma masyarakat itulah yang ia lakukan selama berpuluh-puluh tahun belakangan ini.

Namun, mendekati usia pensiunnya, Pak Koda langsung pensiun lebih awal dan membuka usaha rumah makan –Dimana ia menemukan ketenangan. Lepas dari status pekerjaan yang secara sosial dianggap ‘gengsi’ di masyarakat.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline