Lihat ke Halaman Asli

Diam Itu Emas, Ada Benarnya Juga

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kebiasaan ketika memasuki awal tahun ajaran, saya menanyakan dengan guru kelas XI tentang kemampuan siswa. Informasi tersebut saya gunakan sebagai bahan awal untuk memperhatikan siswa saya, tentunya informasi ini hanya untuk saya sebagai seorang guru.
Pada pertemuan pertama sampai ketiga pada pokok bahasan integral, saya sudah melihat beberapa potensi, kelemahan, dan keaktifan siswa. Salah seorang anak, sebut saja namanya Jama sangat menarik perhatian saya. Anaknya sangat pendiam. Hampir tidak pernah saya mendengar suaranya. Saya tidak pernah menemui anak yang sangat pendiam seperti Jama. Ketika saya cek kepada guru sebelumnya dikatakan bahwa Jama memang pendiam dan kemampuannya biasa saja.
Dipertemuan berikutnya, saya beberapa kali mendekati meja Jama. Menanyakan beberapa hal berkaitan latihan yang sedang dikerjakan. Jama sangat hemat dalam mengeluarkan kata-kata. Tapi saya tidak memaksa dia untuk menjawab pertanyaan saya. Sepertinya saya butuh waktu lebih banyak lagi untuk menjalin komunikasi dengan Jama.
Pada soal yang tidak dimengerti oleh Jama, saya mencoba memberi bimbingan. Di saat istirahat saya membawa Jama bercerita tentang pelajaran. Pada pertemuan berikutnya Jama mulai mau memberikan respon terhadap pembicaraan kami. Menurut saya komunikasinya nyambung.
Ketertarikan saya bertambah ketika saya melaksanakan Ulangan Harian 1. Pada saat ujian berlangsung saya memeriksa catatan siswa. Catatan Jama sangat rapi dan lengkap. Setelah hasil ujian saya koreksi ternyata Jama mendapat nilai tertinggi dikelasnya.
Banyak orang menafikan bahwa diam itu emas, dengan berbagai alasan. Namun untuk kejadian satu ini saya setuju bahwa diam itu emas. Banyak sekali kita temui para guru kurang memberikan perhatian kepada siswa yang pendiam. Perhatian biasanya fokus kepada siswa yang sangat pintar dan siswa yang sangat kurang mampu dan nakal.
Pada pokok bahasan Program Linear saya terapkan pembelajaran kooperatif. Jama menjadi ketua di salah satu kelompok yang dibentuk. Harapan saya semoga Jama bisa belajar berkomunikasi dengan baik dan bias menjadi lebih berani.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline