Seiring terpublisnya dokumen rahasia surat rekomendasi pemberhentian prabowo, semakin meyakinkan saya, bahwa ada pergerakan intelejen yang bermain dalam pilpres 2014. Bagaimanapun juga di kubu jokowi terhadap mantan Ka BIN Hendro priyono, sehingga bukan tidak mungkin mereka melakukan serangan intelejen. Benar atau tidak dugaan tersebut, yang jelas mereka punya sumber daya dan kemampuan untuk melakukan tersebut.
Kecurigaan bermula dari statement megawati yang mengatakan ada kecurangan pemilu, lalu menyentil peran intelejen dan pileg 2014, yang tentunya tuduhan mengarah ke SBY selaku pemilik sumber daya intelejen, dan di buktikan dengan permintaan dan harapan dari PDIP agar demokrat bersikap netral dalam pilpres 2014.
Puan : Kalau PDI-P Tidak 20%, PASTI Ada Kecurangan by sinar harapan
Megawati Sindir Peran Intelijen di Pemilu by tribunnews
PDIP: Mudah-mudahan Demokrat dan SBY Netral by republika
Sejatinya serangan intelejen sudah dimulai semenjak pilkadal DKI 2012, terlepas dari benar tidaknya isu yang beredar seputar prabowo-jokowi-ahok, yang konon katanya prabowo didesain sedemikian rupa untuk melambungkan calon lawan politiknya prabowo sendiri yaitu jokowi, faktanya operasi medsoc jasmev adalah menyerupai gerakan intelejen. Tentu intelejen yang saya maksud bukanlah intelejen ala ninja yang bergerak secara siluman, melainkan lebih kepada gerakan samar dalam merekayasa informasi guna membentuk opini publik.
Sebetulnya, informasi seputar organisasi medsoc jasmev adalah samar dan tidak jelas, yang kita ketahui hanyalah para volunter yang berada di urutan terbawah dari struktur organisi or pelaku teknis, atau bisa disebut pion, sedangkan orang-orang yang berada di belakang para volunter adalah tidak jelas dan tidak diketahui, semua serba rahasia, termasuk apa yang menjadi tujuan dan motivasi mereka dalam melambungkan jokowi sebagai penguasa DKI1, yang kita tahu, dan yang para volunter jasmev tahu, upaya mereka adalah murni untuk kursi DKI1, maka tidak aneh jika ada diantara mereka yang kecewa lantaran mengetahui kalau jokowi (yang mereka dongkrak) justru mengincar kursi RI1.
Untuk menguasai sumber informasi dan melakukan rekayasa opini, maka dibuatlah kolaborasi antara media berita selaku penyebar informasi dengan social media selaku pembentuk opini. Kurang lebih seperti itulah pola kerja timses jasmev. Baik media berita maupun socmed, saling memantulkan isu/pemberitaan, dengan tujuan memblowup berita/informasi. Maka bukan hal yang aneh jika media berita justru mengambil berita bersumber dari opini yang berkembang di socmed (yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kevalidannya) semacam twitter, fb, ataupun forum kaskus
Sebetulnya jasmev hanyalah sebuah contoh, atau lebih tepat dikatakan sebagai salah satu tool intelejen, yang mereka gunakan untuk mencapai salah satu tujuan mereka,yang pada saat itu (2012) adalah menguasai kursi DKI1, kemudian tujuan berikutnya yang terdekat, yaitu Ahok for DKI1, dengan mendongkrak kembali jokowi sebagai RI1, selebihnya, tujuan besar mereka yang menjadi agenda utama, tetaplah tidak diketahui.
Bagaimanapun, betapa rapi dan kokohnya kolaborasi antara media berita-socmed, semakin menunjukan betapa program intelejen mereka tersistemik dan terorganisir. Sehingga bukan hal yang aneh jika informasi seputar jasmev (yang menunjukan kolaborasi media berita-socmed) justru datang dari media berita non mainstream yang berbau islamis, terlepas benar tidaknya isi pemberitaan media berita situs islamis tersebut, sudah terlihat dengan jelas, upaya monopoli informasi yang dilakukan oleh media berita mainstream, yang disatu sisi menutup-nutupi jejak mereka (socmed), disisi lain melakukan spamming berita yang kita kenal sebagai pencitraan positif terhadap sosok jokowi
MafiaWar (17): Jokowi Obral Janji Dibantu Jasmev & Relawan Munafik by voa-islam
Amien Rais: Ada Pemodal Besar Bakal Sandera Jokowi! By Kabar.net
Ruhut: Soal Banjir Jakarta, Pemuja Tukang Mebel Jokowi tak Masuk Akal by voa-islam
Kehilangan tool yang bernama “jasmev” sebagai blower isu/opini, sepertinya membuat mereka semakin sulit dalam merekayasa opini. Entah berkaitan atau tidak, hal ini membuat mereka semakin panik (setidaknya itulah kata media berita), terlebih atas masifnya pemberitaan negatif seputar isu keislaman jokowi yang tidak bisa diredam oleh sisa-sisa “volunteer jasmev” itu sendiri, Maka bukan hal yang aneh jika sedari awal, isu sara yang menerpa jokowi (dimata kubu jokowi) adalah penyebab utama mengapa popularitas jokowi menurun, dan disisi lain popularitas prabowo semakin menaik, Sehingga memaksa mereka untuk memanfaatkan sumber daya intelejen mereka yang lain, dengan menggerakan tokoh2 islami yang ada di kubu mereka. Maka sebetulnya ini sudah menjelaskan mengapa kubu jokowi begitu lebaynya dalam usaha menepis isu keislaman jokowi
Baca tulisan saya di kompasiana “perihal keislaman jokowi”