Lihat ke Halaman Asli

Rencana Pendidikan Rencana Kesuksesan Masa Depan

Diperbarui: 27 Oktober 2015   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sisi lain pendidikan rakyat from static.tempo.co"][/caption]

Manusia hanya bisa merencanakan, Tuhanlah yang menentukan. Itu kata kata yang umum di masyarakat yang sebagian besar masih memegang teguh ajaran agamanya. Suatu kegembiraan bagi kita apabila melihat anak tumbuh dari hari kehari dengan peningkatannya, baik secara fisik, emosi, maupun intelijensi. Anak yang sebelumnya tidak tahu cara berbicara akhirnya membuat kita bahagia dengan panggilannya 'ayah' atau 'ibu'. Itu adalah suatu lompatan kecerdasan yang besar. Dan kita berharap kecerdasannya, kemampuannya menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia akan terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Maka anak masuk ke lembaga lembaga pendidikan. Dimulai dari masa kecilnya masuk ke jenjang playgroup bagi orang tua yang menginginkan anaknya aktif sejak usia pra-sekolah. Lalu masuk ke jenjang taman kanak kanak dimana buah hati belajar membaca dan menulis, dia sedang belajar menjadi bagian dari sejarah. Sejarah dirinya sendiri, sejarah dunia, sejarah bangsanya, dan sejarah umat manusia. Usia SD anak mulai aktif untuk benar benar masuk ke pendidikan. Anak melanjutkan SMP, SMA, lalu masuk ke universitas. Itulah mimpi sebagian besar orang tua. Dengan bekal pendidikan yang cukup maka anak diharapkan siap menggantikan peran orang tua kedepannya.

Pendidikan yang cukup dan pendidikan yang baik tidak terjadi secara kebetulan. Diperlukan perencanaan pendidikan anak yang matang dan terarah agar anak bisa menyelesaikan pendidikannya sesuai target, sesuai harapan orang tua. Artinya pendidikan itu bukan hanya soal apakah anak bisa melewati semua jenjang pendidikan tapi lebih ke bagaimana anak bisa menyelesaikan setiap jenjang pendidikan, menyelesaikan kelas kelasnya tepat waktu.

Mengapa harus tepat waktu?

Anak adalah investasi orang tua. Bukannya menilai anak dari segi ‘bisnis’, tapi anak adalah mimpi masa depan orang tua, penerus bagi cita cita orang tua. Setiap detik yang ia punya, setiap detik yang kita punya harus sinkron satu sama lain. Salah satunya terganggu maka bisa berakibat terganggunya yang lain.

Sebagai dasar bahwa pendidikan anak dan rencana pendidikan anak harus disesuaikan agar bisa memenuhi target tepat waktu adalah probabilitas kemampuan orang tua bagi dukungan pendidikan anak anaknya. Baik dukungan secara materi berupa pembiayaan, maupun dukungan secara rohani anak berupa pendampingan.

Orang tua tidak selamanya bisa memberikan dukungan materi maupun rohani kepada anak. Ada saat dimana orang tua sudah mencapai masa pensiun sehingga dukungan materi tidak dapat dilakukan secara maksimal. Dan saat dimana orang tua telah tiada sehingga tidak dapat memberikan dukungan rohani. Maka penting bagi orang tua untuk merencanakan tahap tahap pendidikan anak sehingga siap mandiri saat waktunya telah tiba.

Anak yang mengalami pendidikan tepat waktu akan lebih mudah dalam menjalani tahap tahap rencana pendidikan yang telah disusun orang tua dibanding anak yang mengalami keterlambatan pendidikan. Dukungan pembiayaan akan lebih mudah pengaturannya karena telah dibuat set set anggaran bagi tiap jenjang pendidikan. Sebagai contoh saat anak menyelesaikan pendidikan SD tepat waktu yaitu 6 tahun tentu pembiayaan selanjutnya adalah untuk SMP. Jika anak tinggal kelas satu tahun saja maka itu artinya kita telah mengorbankan anggaran setelahnya secara berantai. Akhirnya kita telah mengorbankan set anggaran pendidikan terakhir yaitu kuliah. Padahal kuliah adalah jejang dengan pembiayaan paling besar.

Untuk memastikan bahwa ketepatan waktu pendidikan anak terpenuhi maka itulah pentingnya dukungan rohani bagi anak berupa pendampingan selama masa pembelajaran. Pendampingan dapat berupa teman belajar, teman berkeluh kesah tentang sekolahnya, maupun dalam bentuk yang lain. Anak yang mendapat pendampingan lebih besar kemungkinan untuk dapat menyelesaikan pendidikannya tepat waktu dibanding anak yang mendapat dukungan biaya yang besar namun tidak mendapat pendampingan dari orang tuanya. Dengan pendampingan pula kita dapat menghindari jurus memasukkan anak ke sekolah mahal hanya karena ingin pendidikannya terjamin. Biaya dihemat, pendidikan dapat.

Mengatur Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan adalah hal yang sangat sensitif. Kemampuan tiap orang tua yang berbeda sementara kebutuhan pembiayaan yang meningkat tiap hari menuntut pengaturan finansial yang terarah dan efektif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline