Lihat ke Halaman Asli

Jiwa Pendidik dan Kurikulum Kreatif

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dunia pendidikan Indonesia perlu diperbarui. Banyak konsep yang salah kaprah dalam pelaksanaan pendidikan, seperti posisi guru hanya sebagai pengajar bukan pendidik, kakunya sistem pembelajaran di kelas, kurangnya penanaman mental positif pada siswa, dan lain sebagainya. Perlunya banyak perubahan di dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Perubahan pertama ialah dari sisi pendidik. Harus ada pola pikir bahwasanya seorang guru bukan hanya pengajar semata, melainkan sebagai seorang pendidik. Pendidik tidak hanya memberikan ilmu saja, melainkan memberikan rasa kasih sayang kepada siswanya selayaknya anak sendiri. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan potensi diri siswa didiknya.

Menjadi seorang pendidik tidaklah sulit, hanya perlu ketulusan dalam menjalankan tugasnya. Ketulusan saat menyampaikan ilmu yang ingin dibagikan, dan ketulusan ketika menghadapi beragam karakter peserta didik. Ketulusan yang mungkin akan menjadi contoh bagi murid-murid dan memberikan pengaruh positif pada murid.

Perubahan kedua ialah kurikulum kreatif. Kurikulum kreatif tidak hanya didasari oleh isi dari pengajarannya saja, melainkan sistem penyampaiannya. Sistem penyampaian dari pelajaran juga harus diperhatikan. Karena, penyampaian pelajaran dengan cara monoton hanya akan menyulitkan siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh si guru.

Sistem penyampaian kreatif tersebut hendaknya dirancang dengan sedemikian rupa, agar setiap guru dapat terinspirasi dan mengembangkan pola pengajarannya. Sistem penyampaian yang telah dikonsep akan menjadi konsep dasar atau tuntunan dasar bagi para guru. Karena, tidak semua guru mampu berlaku kreatif dan memiliki kepercayaan diri untuk berinovasi. Dengan adanya sistem penyampaian kreatif yang dibakukan dalam semacam manual books, maka akan memudahkan guru untuk memahami tentang kurikulum kreatif.

Kurikulum kreatif berfungsi untuk merangsang pola pikir siswa agar tumbuh rasa ingin tahu dan mencari tahu. Rasa ingin tahu sangat dibutuhkan agar ilmu pengetahuan dapat diserap inti sari utamanya. Rasa ingin tahu akan mendorong diri untuk mencari tahu, sehingga sikap siswa di kelas juga menjadi aktif dan tidak pasif.

Dua perubahan yang harus dilakukan tersebut hendaknya menjadi perhatian bersama. Tidak hanya dari pihak instansi pendidikan, melainkan masyarakat dan orang tua siswa. Karena, pemuda bangsa adalah masa depan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline