Lihat ke Halaman Asli

DPT yang Karut Marut

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DPT, beberapa tahun belakangan ini semakin ramai dibicarakan orang.Dibicarakan orang bukan karena bagusnya, tetapi dibicarakan orang karena karut marutnya.

Karut marut DPT ini telah mengakibatkan terjadinya bentrok antar pendukung.Gugatan yang seharusnya tidak perlu terjadi.Betapapun semua itu telah menguras tenaga dan uang yang jumlahnya tidak sedikit.

Kenapa DPT itu bisa sampai karut marut ?.Tentu ada penyebabnya.Penyebabnya tak lain adalah karena sitem pendataan penduduk yang dibuat dinegeri ini masih karut marut, meskipun belakangan ini sudah ada KTP-elektronik.

Lalu bagaimana cara mengatasinya.Hal itulah yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini.

Sebenarnya, sepuluh tahun yang lalu saya pernah mengirimkan saran kepada Menteri Dalam Negeri dan Dinas Kependudukan, bagaimana sebaiknya pendataan penduduk ini. Karena dimasa itu saja sudah beberapa kali saya mengalami sensus penduduk setiap akan melakukan pemilihan. Padahalkalau pendataan penduduknya sudah dilakukan secara profesional, maka sensus penduduk seluruh Indonesia ini tidak akan diperlukan lagi. Kecuali hanya jikalau ada yang meragukan, itupun cukup dalam skala Kelurahan.

Seandainya sistem pendataan Penduduk yang saya ajukan ketika itu dapat diterima oleh Departemen Dalam Negeri, saya yakin dan percaya DPT yang karut marut seperti sekarang tidak akan pernah terjadi.Karena sistem electronik pendataan Penduduk (KTP-electronik) yang saya sarankan adalah sistem cluster yang dapat berlanjut sepanjang masa.

Tetapi, bila sistem pendataan KTP-electronic saat ini tidak segera dirubah, percayalah kerancuan DPT akan berlanjut pula sepanjang masa.

Seperti apa sistem itu ?. silahkan dibaca di; http://metro.kompasiana.com/2013/11/13/sistem-data-e-ktp-yang-belum-tepat-guna-mestinya-seperti-apa-608951.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline