Lihat ke Halaman Asli

Kebangkitan Nasional dan Semangat Antipremanisme

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebangkitan nasional di era paska reformasi tidak bisa hanya dimaknai dengan serangkaian acara seremonial semata, tanpa mengindahkan substansi pokok hari bersejarah tersebut. Bukan pula keberhasilan masa lalu sekedar diagung-agungkan mengingat zaman terus berkembang sehingga inovasi pemikiran maupun karya anak bangsa sangat dinantikan.

Kebangkitan nasional yang sudah 105 tahun masih belum berhasil mengatasi semua permasalahan klasik yang telah menggrogoti bangsa ini sejak dulu. Rakyat kecil yang merantau ke Jogjakarta dan menjadi preman suka menyakiti orang bukan pihak yang layak dibela. Alasan rakyat kecil kelaparan bukan dalih menindas orang lain, cari pekerjaan lain kan masih bisa. Bukanlah anggapan orang beragama untuk mendapat uang banyak menempuh cara- cara yang meresahkan masyarakat. Pekerjaan halal walau  hasilnya kecil dan susah tetapi  menentramkan dan mendekatkat pada rahmat Tuhan. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Kota Pelajar ini, tapi di semua kota besar di Indonesia maupun seluruh dunia. Kecuali jika Anda lihat film-film Hollywood di  New York  tidak ada, padahal jika sorotannya komprehesif pasti ditemui preman- preman dan gelandangan- gelandangan tak berumah.

Memang keadilan seharusnya berpihak pada rakyat kecil, tetapi kita harus tetap adil menilai pihak- pihak yang berperkara. Tidak selamanya yang jadi orang kaya/ pemodal besar itu benar, begitu juga rakyat yang jadi preman tersebut. Dukungan harus dialamatkan pada kebenaran bukan hanya sekedar status pemodal, rakyat kecil, mahasiswa dan sebagainya.

Fenomena di instansi yang cenderung membela golongannya tapi dengan cara yang kurang pantas bukan semangat yang bisa dibenarkan. Hal yang disayangkan semua pihak atas penyerbuan di Lapas Cebongan oleh oknum Kopasus.  Orang bijak bukanlah yang tidak pernah berbuat salah dan petinggi  TNI telah mengakui kebrutalan bukan cara tepat. Sehingga kepercayaan  rakyat pada TNI tetap mendarah daging. Kepercayaan yang amat penting mengingat premanisme di tubuh TNI, POLRI atau lembaga pemerintahan dapat menjadi bencana nasional.

"Saat permanisme membudaya dan aparat tak berdaya maka negara seakan tidak ada artinya"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline