Lihat ke Halaman Asli

Berwirausaha Jalan Meraih Rezeki dan Kekayaan

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Wahai Saudaraku, menjadi tua adalah pasti, tidak ada yang bisa menghalangi. Namun sukses atau gagal, kaya atau miskin itu adalah pilihan. Detik yang lalu adalah takdir dari Allah, detik selanjutnya adalah pilihan kita. Pilihan untuk menjadi orang yang rajin atau orang yang pemalas, menjadi orang yang gagal atau orang yang sukses, menjadi orang yang kaya atau menjadi orang yang miskin. Menjadi manusia yang berkualitas atau yang biasa-biasa saja. Pilihan ada ditangan kita.

Kita semua sadar dan paham bahwa manusia pasti menjadi tua. Sayangnya, ketika menginjak usia lanjut tidak semua orang bisa menjalani kehidupan yang kaya dan penuh manfaat baik bagi diri, keluarga atau orang lain. Merupakan suatu kemuliaan, seseorang yang hidup ditengah keluarga adalah ketika dia tidak menyulitkan dan membebani orang lain. Kita berusaha memenuhi kebutuhan kita dengan daya dan upaya yang dimiliki sendiri, dan seraya hanya menggantungkan diri kepada Allah sang pemilik rezeki, dan ini adalah karakter seorang insan yang sangat mulia.

Sukses dan kaya bukanlah sesuatu yang Allah jatuhkan dari langit. Allah memberi makan burung-burung, tapi tidak pernah dengan cara melemparkannya kedalam sarangnya. Tapi induk burung itu terbang di pagi hari dalam keadaan perut kosong, dan kemudian pulang dalam keadaan perut kenyang, paruhnya penuh oleh makanan. Tak ada rahasia sukses apapun selain anda harus merencanakan, melakukan, mengupayakannya dengan doa dan ikhtiar dan tidak ada satupun hal lain yang dapat menggantikannya. Memiliki impian dan kesadaran seraya bekerja keras, itulah tiket awal anda menuju sukses. Ingat, satu-satunya cara agar bisa meraih sukses dan kekayaan dalam hidup adalah dengan bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Eits...Stop, satu hal yang harus anda sadari, modal kerja keras saja ternyata tidaklah cukup, sekeras apapun anda bekerja sampai mati, tidak akan menghasilkan uang atau kekayaan yang memadai jika anda berada di tempat yang salah dan menempuh cara yang salah pula. Jika anda ingin menjadi kaya, saya sarankan jadilah pedagang dan milikilah bisnis. Orang-orang kaya di dunia mayoritas mereka adalah para pebisnis, yang membangun kekayaannya melalui perniagaan atau berbisnis.

Janganlah menghayal untuk mendapatkan kekayaan dengan cara menunggu pembagian harta warisan dari orang tua, menunggu dapat hadiah menang kuiz, atau mendambakan menikahi wanita yang orang tuanya kaya raya. Di zaman ini, membangun kekayaan dengan jalan menggeluti bisnis atau wirausaha merupakan pilihan jalan yang mulia dan terbaik. Jalan wirausaha atau perniagaan adalah jalan yang di halalkan oleh Allah, dan inilah jalan yang paling banyak di tempuh oleh umat manusia untuk membangun kekayaannya, termasuk Nabi kita dan para sahabatnya. Mereka adalah orang-orang kaya yang membangun kekayaannya melalui jalan perniagaan atau wirausaha. Renungkanlah !

Nabi dan Para Sahabatnya, Adalah Pebisnis Hebat

Dalam Islam, berwirausaha merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Seperti kita ketahui dalam sejarah, bahwa seorang Muhammad bin Abdullah pun selain seorang Nabi dan Rasul, seorang kepala negara yang hebat, seorang panglima perang yang tangguh.Sebelumnya beliau adalah seorang entrepreneur yang sukses. Rasulullah dikenal sebagai sosok pribadi yang terus mendorong semangat wirausaha dikalangan para sahabatnya.

Pada suatu ketika, Sa’ad bin Musa Al-Anshari menuturkan sebuah kisah, bahwa pada waktu Rasulullah baru kembali dari perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa’ad yang melepuh. Kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari. “Kenapa tanganmu ?” tanya Rasulullah. “Sa’ad pun menjawab, ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk menafkahi keluargaku yang menjadi tanggunganku” Rasulullah lalu mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak pernah disentuh api neraka, Dalam riwayat yang lain, setelah mencium tangan pekerja tersebut, beliau bersabda, “Hadzihi yaddun yuhibbuhallahu wa Rasuuluhu” inilah tangan yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. “ (HR At-Thabahari)

Rasulullah pernah menjalani hidup dalam masa-masa sulit, tapi beliau punya semangat untuk maju dan berkembang, menciptakan kreativitas dan berusaha untuk hidup mandiri. Ini merupakan karakter dasar jiwa para wirausahawan. Kejujuran beliau, pribadi beliau yang menyenangkan, juga ketekunan beliau. Semua itu merupakan modal yang harus dimiliki oleh wirausahawan. Apa yang dimiliki Rasulullah ini, dalam dunia bisnis, biasa disebut sebagai Personality. Lebih kurang dua puluh lima tahun lamanya beliau mendedikasikan diri pada dunia wirausaha, semenjak beliau baru berusia 12 tahun hingga 37 tahun. Selama itulah, kecerdasan, ketekunan, keuletan dan kejujuran telah menempatkan Nabi Muhammad sebagai figur wirausahawan yang disegani di kalangan para pebisnis di Jazirah Arab kala itu.

Apakah modal utama untuk memulai usaha? Jika anda menjawab uang, mungkin ada benarnya, tapi tidak dalam bisnis ala Rasulullah. “Yang menjadi modal utamadalam bisnis Rasulullah adalah kepercayaan (trust) dan kompetensi (keahlian),” Karena kita tahu bahwa, dalam kepercayaan itu ada integritas dan skill, yakni kemampuan melaksanakan tanggungjawab. “Rasulullah membangun usaha dari kecil, dari menjadi pekerja kasar, kemudian dipercaya menjadi supervisor, general manager, dan kemudian menjadi investor. Perjalanan dari quadran satu ke quadran selanjutnya, menunjukkan bahwa Rasulullah adalah seorang entrepreneur ulung yang memiliki strategi dalam mengembangkan usahanya. Dan ini merupakan karakteristik manusia unggul untuk mencapai sukses dalam berwirausaha.

Sebagai seorang pengusaha dan pemimpin, Rasulullah mempunyai sumber penghasilan yang sangat banyak. Namun beliau sangat ringan tangan memberi bantuan kepada orang lain. “Beliau sangat tidak sabar melihat ada orang yang menderita dan tidak ridha melihat kemiskinan di sekitarnya atau kelaparan di depan matanya.Itu sebabnya, Rasulullah selalu berinfak dengan kecepatan yang luar biasa, yang digambarkan oleh para sahabatnya “seperti hembusan angin”. “Beliau menyedekahkan begitu banyak hartanya dan mengambil secukupnya untuk diri dan keluarganya. Kita lihat bahwa kejujuran dan keterbukaan Rasulullah dalam melakukan transaksi perdagangan merupakan teladan bagi seorang pengusaha generasi selanjutnya. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan sehingga tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh apalagi kecewa. Reputasi sebagai pedagang yang benar-benar jujur telah tertanam dengan baik. Sejak muda, beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan.

Selain Rasulullah, ternyata para sahabatpun banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Urwah bin Ja’d al-Bariqi adalah beberapa contoh potret di antara mereka sahabat Nabi yang sukses di bidang ini. Lihatlah Abu Bakar As-Shiddiq, ‘Aisyah bercerita tentang ayahnya. “Beliau adalah orang Quraisy yang paling pandai berdagang hingga saat beliau menjabat sebagai khalifah pengganti Rasulullah”. Begitu pula sahabat Umar bin Khattab, beliau mempunyai usaha dan dagangan di pasar, dia pernah berkata “...saya terlalu sibuk berdagang di pasar”. Tatkala meninggal, Umar bin Khattab meninggalkan harta warisan, dimana masing-masing anaknya menerima bagian harta senilai 100.000 dinar.

Sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu sangat memotivasi orang untuk berdagang di pasar dan bepergian untuk berdagang mencari karunia Allah. Terdapat beberapa riwayat dengan sanad yang shahih bahwa ia pernah berkata:

“...Telah diwajibkan atas kalian melakukan tiga macam safar yakni, berhaji, umroh dan pergi berdagang; pergi membawa harta untuk berdagang ke salah satu pusat perdagangan untuk meraih karunia Allah. Sebab pada ketiganya ada ibadah dan sedekah. Demi Allah, sungguh andai aku mati diatas kendaraanku di salah satu pusat perdagangan tersebut untuk mencari karunia Allah melalui berdagang dengan hartaku demi memenuhi kebutuhanku, itu lebih aku sukai dibanding mati diatas tempat tidurku. Sungguh aku berani mengatakan bahwa kematian semacam itu adalah syahid. Sungguh saya yakin kematian seperti itu adalah syahid”Kemudian ia membaca ayat qur’an :

“...dan sekelompok yang lain dari kalian bepergian untuk berdagang mencari karunia Allah” (QS. Al-Muzammil:20)

Begitu pula sahabat Nabi yang lain Utsman bin Affan radhiyallhu’anhu, Imam At-Turmudzi sebagaimana ia riwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah, bahwa Utsman bin Affan menghadap kepada Nabi pada saat Yaumul Usrah dengan membawa uang 1000 dinar, yaitu ketika Nabi sedang mempersiapkan pasukan pada perang Tabuk, dan Utsman ketika itu menumpahkannya ke pangkuan Nabi, Beliaupun membolak-balikan dipangkuannya seraya berkata, “Apapun yang dilakukan Utsman setelah hari ini tidak akan membahayakan dirinya”.

Riwayat lain mengisahkan, ketika Nabi mempersiapkan pasukan perang Tabuk, sahabat Utsman juga menyumbangkan 600 ekor onta lengkap dengan pelana dan tempat duduknya. Sahabat lainnya juga tidak kalah hebatnya, Abdurahman bin Auf ketika meninggal telah mewariskan 1000 ekor unta, 3000 ekor kambing, 100 ekor kuda serta uang tunai 2.500.000 dinar. Ternyata para sahabat adalah orang-orang yang kaya raya. Namun, apabila perjuangan islam membutuhkan pengorbanan harta, mereka dengan cepat dan suka rela memberikannya. Sekali lagi, mereka adalah para pebisnis cerdas dan profesional.

Dikisahkan dalam sirah sahabat, tatkala Abdurrahman bin Auf hijrah ke Madinah Nabi telahmempersaudarakannya dengan salah seorang sahabat anshar yang bernama Saad bin Rabi’, seorang sahabat yang kaya raya di kota Madinah.Saad pun berkata kepada Abdurahman bin Auf,

“...Aku adalah orang Anshar yang paling kaya. Akan aku berikan kepadamu separuh dari hartaku, aku juga punya dua isteri, lalu pilihlah salah satu yang paling kamu sukai dan akan aku ceraikan dia untukmu.

Abdurahman bin Auf berkata, “Semoga Allah memberkahi harta dan keluargamu. Cukup tunjukkan saja dimana letak pasar kota Madinah ?

Kemudian ditunjukkan dan berangkatlah ia ke pasar di kota Madinah tersebut. Sesampainya disana, ia berdagang beberapa saat dan kemudian mendapatkan keuntungan. Lalu beberapa saat kemudian ia telah pulang membawa makanan samin dan keju. Ia pun pergi ke pasar setiap pagi selama beberapa hari berturut-turut. Setelah lama tinggal di Madinah, suatu hari Abdurrahman bin Auf datang menemui mereka para sahabat Nabi, Nabi melihat raut kebahagiaan seorang pengantin baru di wajahnya,

“Apa kabar, apa yang membuatmu begitu gembira ? Tanya Nabi. “Saya telah menikah dengan seorang wanita Anshar, jawab Abdurrahman bin Auf.Berapa mahar yang kau berikan kepadanya ? tanya Nabi lagi. Emas seberat biji kurma. Jawab Abdurrahman bin Auf dengan penuh gembira.

Kemudian Nabi berkata “Adakanlah walimatul ursy walau hanya menyembelih seekor kambing”.

Abdurrahman bin Auf pernah berkata,

“sungguh aku rasakan tiap kali aku mengangkat batu, aku selalu berharap akan mendapatkan emas dan perak (dibalik batu tersebut)”. Subhanallah luar biasa... demikianlah skill atau keterampilan para sahabat Nabi dalam berbisnis sangat menakjubkan kita, hingga seolah-olah apapun yang ada di tangannya bisa berubah menjadi sesuatu yang mahal, senilai dengan emas dan perak berkat kepiawaian mereka dalam berbisnis dan bernegosiasi. Nah, bagaimana dengan anda ?

Ketika itu Mekkah adalah pusat perdagangan dan pertanian di wilayah Jazirah Arab, sehingga penduduknya terampil dan berpengalaman dalam berdagang. Oleh karena itu, Abdurahman bin Auf sebagai salah seorang penduduk Mekkah yang berhijrah ketika sampai di Madinah mengatakan, “Tunjukkan padaku dimana letak pasar di kota Madinah ?” setelah di tunjukkan, dengan bergegas ia masuk kedalam pasar tanpa modal, hanya menjualkan barang milik orang didalam pasar. Hanya selang beberapa hari, ia telah mendapatkan laba dan bisa membeli makanan berupa sedikit keju dan samin. Kemudian tidak lama ia menikah secara mandiri tanpa bantuan lembaga amal atau sumbangan dari pihak lain. Allah telah memenuhi semua kebutuhannya dengan jalan berdagang di pasar hingga merasa cukup dan terpenuhi kebutuhannya lewat karunia Allah.

Kisah lain adalah sahabat Nabi yang bernama Urwah Bin Ja’d Al-Bariqi, ia menuturkan bahwa Nabi diberitahu tentang kedatangan seorang saudagar di kota Madinah. Beliaupun memberikan uang satu dinar kepada Urwah dan berkata, “Datangilah kafilah dagang itu dan belikan aku seekor kambing”. Urwah pun lalu mendatangi saudagar tersebut, dengan berani ia menawar dua ekor kambing dengan seharga satu dinar. Setelah tawar-menawar akhirnya saudagar itu mau menjual dan memberikannya dengan harga satu dinar. Beberapa saat kemudian dalam perjalanan pulang, datanglah seseorang yang menawar kambing tersebut. Setelah tawar-menawar Urwah pun menjual seekor kambing dengan harga satu dinar. Kemudian Urwah pun pulang dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar kepada Rasulullah. Rasulullah kemudian kagum dan mendoakan keberkahan kepada Urwah;

“Ya Allah berkahilah ia dalam setiap perdagangannya”

Itulah doa Nabi kepada sahabatnya Urwah bin Ja’d Al- Bariqi.Karena melihat kecerdasan Urwah Bin Ja’d Al-Bariqi ini, para sahabat pun berpikir, “...andaikan saudara kita Urwah menjual debu sekalipun, pasti ia akan mendapatkan keuntungan darinya”.

Ternyata kita mengetahui bahwa jiwa entrepreneurship dan kecerdasan dalam berbisnis telah di praktikkan oleh para sahabat Nabi, jauh sejak empat belas abad yang silam. Sadarlah kita bahwa, berbisnis atau perniagaan adalah atsar (jejak) salaf yang banyak dilupakan dan ditinggalkan oleh kaum muslimin pada hari ini. Para ulama juga menjelaskan bahwa perdagangan atau wirausaha memiliki beberapa keutamaan dibandingkan dengan pekerjaan yang lain. Sudahkah Anda Memiliki Perniagaan hari ini ?

*Sumber : Buku Rahasia Rezeki, karya Muhammad Adewansyah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline