Lihat ke Halaman Asli

lysthano sir

music, book and art enthusiast

Ramai-Ramai Rekaman dalam Vinyl, Akan Kembali Menjadi Trend kah ?

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh  lysthano (indonesia music observer)

Ilustrasi Vinyl/Madrideasy.com

 

 

Medium perekam suara dalam bentuk Vinyl  atau yang dikenal dengan piringan hitam" sepertinya akan "bersinar" kembali. Sejumlah musisi dalam negeri tidak segan-segan untuk merekam dalam cakram jenis plastik ini.

Sejumlah musisi Indonesia yang siap-siap melansir album dalam bentuk Vinyl, diantaranya  kelompok vokal D'Masiv, Pure Saturday, White Shoes and The Couples Company, dan segera musisi senior, Guruh Soekarnoputra.
 

Selain dari sisi suara, kelebihan Vinyl dari medium lain seperti CD atau file dalam MP3, juga ekslusivitas, gengsi dan pasti langka. Seperti halnya DMasiv hanya merekam album mereka dalam vinyl hanya 500 keping saja.
 

“Saya itu kolektor kaset, CD, dan sekarang dapat penghasilan lebih bisa mengoleksi piringan hitam. Menurut saya, album fisik nggak akan mati. Kita selalu takut kalau album fisik sudah tergeser dengan digital. Padahal, album fisik itu nggak mati. Fisik itu masih ada dan lebih banyak keuntungan. Kalau digital cuma lagu, tapi dengan piringan hitam nanti ada foto-foto dan lebih detail soundnya,” tutur Rian.

Seperti diketahui, setelah tiga dekade, ini merupakan pertama kalinya label rekaman Musica Studio’s mengeluarkan piringan hitam. Label ini pernah mengeluarkan piringan hitam pada era 1970-an. “Jadi, kami buat piringan hitam pertama di Musica. Sebelumnya juga pada 1980-an pernah membuat piringan hitam, tapi khusus untuk di radio-radio,” kata Rian.

Di Indonesia sendiri, piringan hitam mulai digunakan sebagai alat perekam sekitar tahun 1957. Perusahaan rekaman yang berjaya saat itu dan memproduksi piringan hitam adalah Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng. Beberapa artis seperti Koes Bersaudara, Titiek Puspa, dan Lilies Suryani adalah yang merekam lagunya di perusahaan rekaman tersebut dalam format piringan hitam. Pada masa itu di Indonesia, piringan hitam termasuk mahal, ditambah lagi dengan alat pemutarnya, jadi tidak semua orang di Indonesia memilikinya. Itulah salah satu faktor yang menyebabkan piringan hitam kurang terkenal di Indonesia.
 

Untuk di dunia sendiri, piringan hitam mulai turun pamornya sejak adanya CD pada awal tahun 1980an. CD berhasil menggusur pasar piringan hitam karena fisiknya yang lebih kecil sehingga dapat dengan mudah dibawa, ditambah lagi suaranya yang jernih.
 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline