Lihat ke Halaman Asli

Dibuat Keteteran Dengan K-13

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14079842551555404521

Saya seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Way Kanan Lampung, tepatnya di SMK Negeri 2 Banjit. Sekolah yang beralamatkan di Jalan Sumber Sari Kampung kemu Kecamatan Banjit. Sekolah yang berada di perbukitan dengan kondisi gedung sekolah yang dibangun dengan posisi samping kiri kanan perbukitan dan pertanahan yang tidak rata.

Proses Pembelajaran di sekolah belum bisa seefektif dan seefisien seperti sekolah-sekolah pada umumnya dikarenakan kondisi sarana prasana yang belum memadai, seperti belum adanya komputer untuk proses pembelajaran, komputer yang digunakan hanya milik guru, itupun hanya 30% dari semua guru yang memiliki komputer pribadi.

Memasuki Era pergantian kurikulum, tahun ajaran 2014-2015 ini seluruh sekolah di Indonesia wajib menggunakan Kurikulum 2013 atau sering di sebut K-13 atau Kurtilas, termasuk SMK Negeri 2 banjit sedang dalam proses berjalan menggunakan K-13. Guru-guru di sini merasa kesulitan dalam melaksanakannya karena beberapa hal seperti :

1. Belum diterimanya buku-buku panduan K-13 baik buku pegangan siswa maupun buku pegangan guru.

2. Tidak terpanggilnya tenaga pendidik dalam pelatihan/diklat K-13.

Sehingga untuk mengakalinya, guru mencari sendiri bahan-bahan yang dipergunakan untuk proses KBM dalam K-13 dan belajar secara Autodidak  mulai dari browsing internet, bertanya pada rekan-rekan guru dari sekolah lain yang sudah mengikuti pelatihan K-13. Dan semua usaha tiada yang sia-sia. Walau hanya mampu mencetak buku K-13 untuk pegangan guru terlebih dahulu, tetapi tidak menyurutkan semangat para guru untuk mendidik dan mengajarkan point-point penting terkait dengan K-13.

Khusus untuk saya satu-satunya guru matematika di SMK N 2 Banjit saat ini, walau saya sudah mengikuti diklat secara online yang dilaksanakan oleh P4TK Mat Yogya, tetapi saya rasa ilmu yang saya dapat masih jauh dan sangat kurang. Masih bingung penerapannya dalam proses KBM. Di samping kurangnya dan minimnya ilmu yang di dapat, siswapun masih belum bisa diterapkan proses dan cara belajar K-13. Siswa masih minta penjelasan untuk materi yang saya perkirakan mudah untuk dipelajari sendiri dan di diskusikan dengan rekannya.

Tetapi itu semua tidak menyurutkan semangat saya dalam menjalani K-13 ini, akan saya terapkan pelan-pelan saja walau hasil yang di dapatpun pelan-pelan atau sedikit-sedikit. Kalau kata orang Jawa "Alon-alon asal kelakon" dan peribahasa dalam bahasa Indonesianya "sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit".  Dan saya yakin peserta didik kami tidak kalah kemampuan dengan siswa-siswi yang ada di luar sana walau semua kondisi dan prasana di sini tidak memadai seperti sekolah-sekolah lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline