Lihat ke Halaman Asli

Keindahan Bawah Laut Taman Nasional Teluk Cendrawasih

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13660125861564596940

Meskipun berada di ujung timur Indonesia, Tanah Papua rupanya menyingkap pesona yang tak kalah eksotik. Mulai dari pegunungan, pantai, danau dan teluk, ibarat sepotong surga yang tercecer di muka bumi, amat indah. Belum lagi keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang dimiliki serta situs-situs perbakala, seolah menguak keajaiban dan misteri yang menarik untuk terus ditelusuri. Taman nasional Teluk Cendrawasih yang berlokasi di kabupaten Teluk Wondama. Taman Nasional ini membentang dari Timur Semaenanjung Kwatisore sampai utara Pulau Rumberpon dengan panjang garis pantai 500 km. Ia merupakan Taman Nasional laut terluas lebih 1.453.000 hektar, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau dan pesisir pantai (3,8%), terumbu karang (5,5%) dan perairan lautan (89,8%).Sudah barang tentu beragam jenis flora dan fauna bersemantam tenang di dalamnya . Untuk menuju kesana, Anda harus melalui Manokari atau Nabire. Dari lokasi tersebut, perjalanan masih sekita 95 km yang dapat ditempuh dengan kapal motor atau kapal motor tempel.

Sebagai taman nasional terluas di Indonesia. Anda banyak disuguhi pengalaman seru untuk menyaksikan sebuah ciptaan Tuhan yang jariang ditemui di tempat lain. Diantanya 36 jenis burung dan 196 jenis moluska. Untuk ikan, disini hidup sekitar 209 jenis ikan diantanya jenis butterflyfish, angelfish, dan anemonefish. Kawasan yang ditetapkan sebagai Taman Nasional sejak 1993 memang dikenal kaya jenis ikan, selain itu wahana berkembangnya empat jenis penyu yaitu penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang dan penyu belimbing. Bahkan Duyung, ketam kelapa, paus biru, lumba-lumba, dan hiu kerap menyembul di permukaan. Tidak ketinggalan Hiu Paus (Rhincodon typus) pun sering terlihat di perairan Kwatisore, Nabire ini. Menurut Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC), Hiu Paus atau biasa disebut gurano bintang oleh Masyarakat lokal termasuk satwa air yang hanya di temui di perairan Papua, Filipina, Australia dan Afrika Salatan. “Hiu ini bermigrasi mencari tempat makan dan bertelur. Hiu paus diperkirakan hidup sejak 60 juta tahun lalu. Ia mampu hidup sampai umur 150 tahun dengan panjang hingga 14 meter. Hiu yang dijuluki hiu bodoh, karena jinak dan tidak agresif, memasuki usia subur pada umur 30 tahun. Repoduksinya relatif lambat dibandingkan dengan ikan lain.

1366012686558569683

Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) mencatat di tahun 2011, ada sekitar 40 hiu paus di perairan Teluk Cendrawasih. Makanan utama hiu paus adalah ikan puri dan plankton. Tidak seperti hiu lain yang memiliki gigi tajam, hiu ini hanya memiliki gigi halus di ujung bibir. Ia mnyedot air laut dan menjaring ikan kecil yang masuk. Keberadaan hiu paus yang sepanjang tahun ini merupakan peluang besar bagi sektor pariwisata Papua. Di Kwatisore, hiu-hiu ini berenang di sekitar bagan ikan milik nelayan. Bila Anda ingin memanggil mereka mudah saja, Anda tinggal melempar ikan puri, beberapa menit kemudian hiu paus akan menyambutnya naik ke permukaan air.

13660127431955148014

Tak berhenti hanya pada wisata bahari saja, di Taman Nasional Cendrawasih (TNTC), Anda dapat berwisata goa, dengan menjelajahi goa alam yang terdapat di Pulau Mioswaar. Keistimewaannya, goa dalam air berkedalaman 100 kaki di Tanjung Mangguar ini merupakan peninggalan Zaman purba abad 18 yang memiliki sumber air panas mengandung belerang. Di dalamnya Anda dpat melihat Kerangka leluhur etnik Wandau yang dipercaya sebagai manusia pertama yang datang ke pulau ini. Di Pulau Numfor, juga terdapat tengkorak manusia purba beserta piring antic dan peti berukuran yang saat tinggi nilai budayanya. Jadi, kalau Anda berkunjung di kabupaten Teluk Wondama, tak ada salahnya menikmati keindahan alam yang disajikan di bawah laut teluk ini. Pasti seru....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline