Texel adalah nama sebuah pulau, yang terletak di propinsi Holland Utara, di negeri Belanda. Di pulau Texel ini terdapat sekitar 25 desa . Sayangnya, minggu pekan yang lalu kami hanya bisa mengunjungi 4 desa saja, yang salah satunya desa De Koog, desa Den Burg, Desa Oosterend dan desa Oudeschild.
Aku dan 6 orang teman-temanku sepakat untuk berkumpul di stasiun kereta api di kota Utrecht (kota dimana aku tinggal). Pertemuan di sepakati pukul 10 pagi waktu setempat. Kemudian kami pun berangkat mengambil kereta menuju kota Den Helder. Perjalan dari Utrechht ke Den Helder sekitar 1,5 jam. Lumayan, waktu ini aku pergunakan untuk berleha-leha, membaca koran dan mendengar musik selama dalam perjalanan.
Setiba di Den Helder kami pun mengambil tiket kapal feri, biaya distribusi aku bayar 2,50 euro. Dan kapal feri inilah yang membawa kami ke pulau Texel itu. Kapal feri berangkat setiap satu jam sekali. Ibaratnya, sama seperti dari Parapat menuju pulau Samosir, juga memakai transport kapal feri. Jarak tempuh dari Den Helder ke pulau Texel tidak jauh, sekitar 20 menit.
Pada saat itu kami nginap di sebuah hotel bintang tiga, di desa de Koog, desa favorit bagi wisatawan yang ingin menikmati akhir pekannya sambil di barengi hiburan malam. Hanya di desa De Koog ini banyak terdapat café, diskotik dan bar, di bandingkan dengan desa-desa lain yang sunyi akan temapat-tempat hiburan.
Aku sangat menikmati liburanku selama 3 hari di pulau Texel ini. Dimana udaranya yang segar dan alami, suasananya yang senyap dan jauh dari hingar-bingar keramaian kota.
Aku melihat para wisatawan, terutama wisatawan yang datang dari negara Jerman, mereka menempatkan caravan pada lokasi-lokasi yang di disediakan. Caravan ini sebuah rumah berjalan mirip sebuah mobil dengan fasilitas minim, biasanya rumah ini di huni atau dipakai untuk liburan saja.
Di pulau Texel ini, jarang sekali ada angkutan umum, maka itu sepeda dayunglah dijadikan sarana sebagai kendaraan bagi masyarkat setempat. Dan sepeda dayung ini juga disewakan untuk para wisatawan. Kami menyewa sepeda dayung untuk 3 hari. Kalau di pulau Samosir, para wisatawan menyewa sepeda motor, tapi di pulau Texel aku tidak melihat adanya sepeda motor yang disewakan…;-).
Hari kedua, sesuai kesepakatan bersama, setelah sarapan pagi kami pun berangkat ke desa Oosterend. Desa yang imut dan terkenal dengan ciri khas rumah-rumahnya, yang lain sendiri dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada di pulau Texel. Jalan-jalannya juga sangat ramping, tidak selebar seperti di desa-desa lainnya.
Perjalanan kami lumayan jauh, apalagi pakai sepeda dayung, memakan waktu seharian penuh. Tapi aku sangat menikmati akhir pekanku ini, yang lebih menarik lagi, kami sempat mengunjungi menara Vuurtoren.
Menara Vuurtoren ini terletak paling ujung (Utara) pulau Texel, paling akhir! Menara Vuurtorn adalah sebuah menara yang di rancang untuk memancarkan cahaya lampu dan lensa. Dan ini di gunakan sebagai alat bantu navigasi untuk pilot maritim yang berada di laut atau di perairan pedalaman.
Hari ketiga, tur ke desa Oudeschild, desa yang terkenal dengan pelabuhan ikannya. Dari desa Oudeschild kami mengambil tur. Tur selama 2 jam, duduk di kapal feri, sambil menikmati pemandangan laut dan mengunjungi tempat-tempat objek wisatanya. Salah satunya adalah ke Marinehaven, dan menyaksikan anjing laut yang sedang berjemur.
Setiba di Marinehaven, kami langsung di beri keterangan oleh pemandu wisata, yang menurut beliau Marinehaven ini adalah sebuah pangkalan untuk angkatan laut (pelabuhan militer), dimana kapal perang dan kapal-kapal angkatan laut dikerahkan ketika mereka tidak memiliki misi di laut, atau ingin mengisi misi kembali.
Untuk tur ini kami dikenakan biaya sebesar 10 euro, tur feri selama 2 jam. Di samping itu, dalam kapal feri juga tersedia kantin, dimana penumpang dapat memesan makanan ringan dan minuman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H