Bicara tentang KAI Commuter membawa saya ke kenangan saat hendak berjumpa dengan teman-teman sejak kuliah. Tempat tinggal mereka tersebar di Tangerang dan Parung Panjang. Lalu bagaimana solusinya? Saat itu kami sepakat untuk menggunakan KAI Commuter sebagai moda transportasi yang praktis dan harga tiketnya pun terjangkau. Terbukti, pilihan kami tidak salah. Mau dengar ceritanya?
Saya tinggal di daerah Jakarta Barat dan stasiun terdekat adalah Kalideres. Setibanya di stasiun, kebetulan kondisinya tidak terlalu ramai karena saat itu adalah hari Minggu menjelang siang. Naik KAI Commuter saat tidak ramai memang menyenangkan karena tinggal duduk manis saja menunggu kereta tiba. Namun pada jam-jam kerja, sudah jamak pemandangan stasiun yang penuh sesak, dan situasi dalam kereta yang tidak kalah ramainya. Apalagi di titik yang terkenal sebagai simpul untuk menuju ke area perkantoran seperti Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Manggarai. Alangkah senangnya warga jika jumlah kereta dapat diperbanyak sehingga tidak seramai saat ini.
Oke, cukup angan-angan saya mengenai kondisi yang sangat ideal tersebut. Saya sudah senang ketika saya berangkat, bisa duduk dengan nyaman dan tidak perlu berdempetan dengan penumpang lainnya. Ngobrol sepanjang jalan juga jadi hiburan yang asyik selain memelototi layar handphone sambil update status. Perjalanan dari Jakarta Barat menuju kawasan Tangerang pun jadi tidak terasa. Ketawa ketiwi sedikit, pelankan suara sedikit agar tidak mengganggu penumpang lain, eh tahu-tahu kami sudah tiba di Stasiun Rawa Buntu. Saat itu saya menggunakan KAI Commuter sebelum masa pandemi Covid-19 jadi saya tidak memakai masker dan bebas mengobrol. Namun di saat masa pandemi, protokol juga diterapkan dengan baik sehingga rasa nyaman tetap ada saat menggunakan KAI Commuter. Bahkan saat ini ketika pandemi sudah mereda, para penumpang ada yang tetap bermasker, mungkin untuk melindungi diri dari polusi. Nah kalau mau mengurangi polusi, caranya sudah benar, ya dengan memilih KAI Commuter untuk bepergian agar jumlah kendaraan pribadi di jalan raya juga semakin sedikit.
Di Stasiun Rawa Buntu, saya bertemu dengan teman yang sudah menunggu. Kami akan melaju menuju tujuan akhir yaitu Stasiun Parung Panjang. Kereta pun mulai lebih sepi dan kami bebas mau duduk atau berdiri. Sangat nyaman karena di dalam kereta terasa dingin dan bersih. Tidak lupa saat di stasiun, teman saya membeli roti maryam. Keberadaan banyak penjaja makanan, minuman dan juga minimarket membuat calon penumpang kereta tidak perlu khawatir akan kelaparan. Sambil menunggu jadwal kedatangan, bisa belanja dengan mudah. Favorit saya tentu saja roti maryam dan roti kopi yang cabangnya mudah ditemukan di hampir semua stasiun. Mau jajan apa, tinggal disesuaikan saja dengan isi kantong. Makan bisa dilakukan di stasiun atau saat tiba di tempat tujuan karena dilarang makan dan minum di dalam kereta untuk menjaga kebersihan.
Di jalan, obrolan kami diisi dengan bayangan akan indahnya Parung Panjang yang terbilang masih asri bila dibandingkan dengan Jakarta atau Tangerang. Konon katanya, udaranya lebih sejuk dan siluet gunung masih mudah terlihat jelas di sana. Tentu saja dalam KAI Commuter, berkhayal seperti ini terasa makin seru karena perjalanan yang tidak banyak goncangan dan terasa aman. Dengan perjalanan yang demikian panjang, harga tiket yang perlu dibayar sangat terjangkau dan kami tidak perlu berpindah-pindah moda transportasi. Cara membayar tiket kereta pun sangat mudah dengan memakai kartu Flazz sehingga tidak perlu menyiapkan uang tunai dan sudah pasti pas. Bila ingin bepergian dengan kereta, jangan sampai lupa mengisi ulang kartu Flazz sebelum naik ke KAI Commuter agar perjalanan lebih lancar.
Setibanya di Stasiun Parung Panjang, kami segera mengontak teman yang sudah menunggu di sana. Stasiun KAI Commuter cukup luas, jadi tidak sulit menemukan tempat untuk menunggu kedatangan penumpang. Jadwal keberangkatan dan kedatangan KAI Commuter pun cukup tepat waktu sehingga memudahkan penjemputan. Hanya sesekali saja jika ada hal-hal tak terduga, maka jadwal kereta bisa molor. Tapi saya melihat, saat ini sudah banyak perbaikan di dalam KAI dan pelayanannya pun semakin memuaskan. Saat bertemu dengan teman pun kami menceritakan pengalaman naik KAI Commuter yang menyenangkan. Pada hari itu, selesai acara nongkrong bareng, saya pulang ke Jakarta tentunya dengan KAI Commuter lagi. Sebab apa lagi moda transportasi yang harganya ekonomis dan punya fasilitas senyaman ini?
Saya optimis setelah melewati usia yang baru, KAI akan semakin maju dalam berbagai hal. Hal-hal yang masih kurang saat ini bisa menjadi bahan perbaikan ke depannya. Jika KAI Commuter semakin nyaman dan aman, masyarakat pasti tidak akan ragu untuk menggunakan kereta dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Bila ini terjadi, maka kemacetan dan polusi udara dapat dikurangi. Saya pun penasaran ingin mencoba KAI Commuter untuk jarak yang lebih panjang lagi saat berlibur. Terutama dengan adanya aplikasi C-Access yang bisa diunduh di telepon pintar, saya semakin dimudahkan untuk mengecek jadwal, tarif kereta hingga membeli merchandise yang unik. Kalau kamu belum pernah mencoba nikmatnya berkereta, yuk mulai naik kereta dari sekarang. Sukses terus untuk KAI Commuter!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H