Lihat ke Halaman Asli

FEMILYATI

Mahasiswa

G30S dan Kejahatan Negara

Diperbarui: 11 Juni 2024   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

G30S dan Kejahatan Negara

Penerbit:Ultimus

Pengarang: Siauw Giok Tjhan

Halaman:260

G30S dan Kejahatan Negara
Siauw Giok Tjhan - Nama Orang; Siauw Tiong Djin - Nama Orang;
Yang paling menarik perhatian tul adalah komitmen Bung Siauw terhadap rule of law.  Tulisannya bersandar atas Indonesia sebagai negara hukum. Sekilas, hal ini tidak memerlukan sorotan apa-apa. Penegakan hukum sering dianggap sebagai topik yang membosankan dan kuno, sesuatu yang sebenarnya lebih baik dibahas oleh orang-orang konservatif yang berhubungan dengan kegiatan hukum dan ketertiban. Akan tetapi dalam konteks Indonesia di mana penegakan hukum merupakan pengecualian, ia adalah sebuah masalah yang penting dan mendesak.

Pak Siauw selama dalam penjara menjadi ilmuwan sosial, mewawancarai berbagai tahanan dan melakukan analisa sekitar Peristiwa G30S. Catatan-catatan, kumpulan cerita yang didapatkan Pak Siauw dalam penjara Salemba, RTM, dan Nirbaya dari wawancara dengan para tahanan di situ, ternyata menjadi bahan dasar dari tulisan John Roosa dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal.

 Karena catatan-catatan dan cerita-cerita dari percakapan para tahanan yang diwawancarai itu merupakan bahan yang lengkap dan meyakinkan, mengungkap banyak hal, termasuk Biro Khusus, siapa saja yang berperan di situ.Penghancuran ini melibatkan pengejaran, penangkapan, dan pembunuhan massal. Lebih dari sejuta orang yang dianggap menganut paham komunisme dibunuh secara kejam. Sekitar 500ribu orang ditahan. 

Puluhan ribu di antaranya ditahan belasan tahun tanpa proses hukum. Sebelas ribu di antaranya dibuang ke PulauBuru. Di samping itu, jutaan orang yang dianggap berhaluan politik kiri mengalami persekusi yang resmi dilaksanakan oleh negara belasan tahun. Dipecat dari pekerjaan, tidak bisa memperoleh pekerjaan lain, diusir dari tempat kediaman, anakanak mereka tidak bisa memperoleh pendidikan yang baik. Mereka didiskriminasi dan diasingkan dari masyarakat dan hidup sebagai elemen yang membahayakan masyarakat.  

Siauw Giok Tjhan memimpin Baperki melawan rasisme dan mencanangkan konsep integrasi wajar. Ia mengajak komunitasTionghoa untuk menerima Indonesia sebagai tanah air dan menjadi patriot Indonesia tanpa menanggalkan latar belakang etnisitas. Harapannya adalah komunitas Tionghoa diterima sebagai salah satu suku Indonesia.  Menjelang akhir zaman demokrasi terpimpin (1959---1965), polarisasi politik di Indonesia kian meruncing. Kelompok berhaluan kiri dipimpin oleh PKI. Kelompok berhaluan kanan dipimpin oleh Angkatan Darat. 

Presiden Soekarno cenderung mendukung kelompok kiri. Siauw dan Baperki bersikap mendukung Soekarno. Karena Soekarno cenderung berhaluan kiri, dengan sendirinya Siauw membawa Baperki ke perahu Soekarno yang bertentangan dengan partaipartai politik berhaluan kanan dan Angkatan Darat.  

Pengejaran, penangkapan, dan pembunuhan yang dilaksanakan oleh Soeharto turut menghancurkan Baperki dan banyak anggotanya di berbagai daerah menjadi korban. Siauw Giok Tjhan mendorong pimpinan Baperki untuk tidak melarikan diri dan Respublica, universitas yang dikelola dan diasuh oleh Baperki---Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia.  Siauw Giok Tjhan adalah korban kejahatan negara yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline