"Sayuuurr... sayuuuurrr...." Suaranya yang nyaring selalu terdengar khas ditelinga kami. Ya, begitulah Bude Sri, penjual sayur keliling di Komplek. Baru dua mingguan ini, bude kembali terlihat dengan ciri khasnya menggunakan topi camping dengan dua keranjang besar penuh berisi bahan pangan yang disematkan di bagian kursi penumpang motor kopling.
Setelah hampir dua bulan menghilang dan tidak muncul di sekitar rumah kami. Kamipun tidak tahu mengapa, namun semenjak keberadaannya tidak diketahui, saya dan kebanyakan tetangga tentu saja akhirnya berbelanja kebutuhan dapur langsung ke pasar dekat rumah.
Sebenarnya, jarak komplek saya dan pasar sangatlah dekat, namun pilihan kebanyakan penghuni komplek belanja melalui bude sayur lebih karena ingin membeli sayur lebih fresh setiap hari.
Selain itu pada saat belanjalah, para ibu-ibu bertetangga bisa berbagi cerita sambil menemani anak-anak yang lebih kecil bermain bersama sesaat sebelum kembali masuk ke rumah berjibaku dengan urusan domestik rumah tangga.
Jika menilik harga yang ditawarkan bude, rasanya cukup masuk akal dengan pertimbangan waktu berangkat kepasar jika hanya membeli satu atau paling banyak empat item barang termasuk bonus sudah dibersihkan hingga sayur yang telah disiangi.
Bahkan harga yang diberikan menurut salah satu tetangga yang memang setia belanja ke pasar, terkadang sama dan sedikit kurang. Bisa jadi bude memang membeli bahan pangan langsung melalui agennya, sehingga menjadi lebih murah.
Tapi itu sebelum pendemik Corona hadir di tengah-tengah kita. Sangatlah mudah untuk mengetahui bagaimana perkembangan harga setiap harinya. Namun di saat sekarang, saya dan mungkin kebanyakan orang yang bisa berbelanja sekaligus dalam beberapa hari bahkan seminggu sekali akan lebih memilih untuk menghindar dari kumpul-kumpul hingga mengurangi waktu keluar rumah dengan cara belanja gerak cepat, membawa catatan, selesai dan langsung pulang untuk bebersih.
Termasuk keterbatasan dana dapur rumah tangga yang berimbas dari pendemik, membuat kebanyakan orang lebih memilih langsung ke pasar untuk mencari alternatif harga yang lebih murah dari jenis barang yang sama.
Contoh saja seperti saya saat ini ingin memenuhi kebutuhan protein hewani di rumah, misalnya ikan. Sebelumnya, saya akan membeli jenis ikan yang memang diinginkan berapapun harganya, namun saat ini sedikit bergeser menjadi membeli ikan apapun yang memenuhi budget tertentu, baru nanti diantara harga yang sama akan dipilih mana ikan yang lebih disukai.
Bisa jadi beberapa orang kondisinya bukan hanya tentang protein hewani, namun dengan budget berapa perharinya, apapun yang didapat asalkan pada akhirnya jumlahnya dapat mencukupi kebutuhan perut setiap anggota keluarga.
Namun, jika itu memang ada pilihannya. Bagaimana dengan bahan pangan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar kembali? Sebut saja beras, gula, garam, bawang, beras, minyak, cabe dan telur.