Bulan Suci Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan Rahmat, dimana Umat Muslim berlomba-lomba dalam kebaikan. Namun bukan rahasia umum lagi dengan datangnya bulan Suci Ramadhan berarti meningkatnya jumlah pengemis, apa lagi di kota besarseperti Jakarta ini. Saya pernah berbincang dengan salah seorang pengemis, dan dia mengatakan bahwa meningkatnya jumlah pengemis di bulan Ramadhan itu dikarenakan adanya pengemis musiman, yaitu orang yang beralih peropesi menjadi pengemis di setiap bulan Ramadhan. Jadi mereka ngemisnya hanya di bulan Ramadhan saja.
Sebetulnya apa sih yang membuat sebagian orang memilih berperopesi sebagai pengemis?, dan mengapa semakin hari semakin banyak ?, tentunya pertanyaan seperti ini menjadi pemikiran kita bersama namun ada beberapa yang bisa saya simpulkan apa yang menjadi factor meningkatnya jumlah pengemis.
1.Hasil yang besar, adalah faktor utama mereka beralih propesi, bayangkan dalam satu hari hasil yang mereka peroleh bisa mencapai 300-500rb, berarti dalam satu bulan 9-15 juta , penghasilan itu setara dengan gaji seorang Manager atau Direktur, pantastik bukan?.
2.Lingkungan merupakan faktor selanjutnya, seseorang yang hidupnya tidak berkecukupan lalu dia melihat tetangganya yang berperopesi sebagai seorang pengemis ternyata di rumahnya serba kecukupan, dari sinilah godaan untuk menjadi pengemis muncul dan akhirnya jadilah pengemis.
3.Malas, setelah melihat hasil yang besar dengan cara yang mudah orang akan cenderung malas untuk mencari sumber lain, bayangkan hanya dengan bermodalkan muka melas, baju kucel mereka dapat penghasilan yang luar biasa, lalu lihat para kuli bangunan, pedagang, petani, mereka harus bekerja keras namun hasil yang di dapat tidak seberapa.
4.Minimnya pengetahuan, atau tidak memiliki keahlian, ini juga menjadi alasan mereka, hal ini sebetulnya yang harus menjadi perhatian pemerintah dan kita semua, sangat jarang sekali kita temui hari ini pemerintah mengadakan pelatiha dan keterampilan kerja kepada masyarakat yang tidak memiliki keahlian.
5.Minimnya lapangan kerja, lagi-lagi ini juga merupakan tugas pemerintah untuk menarik minat perusahaan-perusahaan asing agar mau mendirikan pabrik-pabriknya di Indonesia, tentunya untuk menarik minat insfestor asing factor keamanan dan kesetabilan ekonomi kitapun harus mendukung.
6.Banyak yang member, ini adalah factor penentu sebenarnya, karena jika tidak ada yang memberi pasti penghasilan mereka tidak akan sebesar itu bukan, dan jika hasilnya tidak besar maka propesi ini lambat laun pasti akan mereka tinggalkan. Orang yang memberi sesungguhnya mereka bukan tidak tahu akan hal ini, namun kecenderungan banyak orang berpikir bahwa memberi uang pada pengemis adalah cara yang paling mudah dan langsung kepada si penerima, hal ini menandakan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga-lembaga penyalur Infak dan Sodaqoh, ketidak percayaan mereka bukan tanpa alas an, namun begitu banyaknya yayasan-yayasan fiktif atau banyaknya orang atau krlompok yang mengatas namakan yayasan, sumbangan anak yatim, sumbangan untuk dhuafa, ternya uang yang mereka dapatkan digunakan untuk kepentingan peribadi.
Dari sini dirasakan perlunya peranan pemerintah untuk menertibkan lembaga-lembaga jakat yang fiktif, agar timbul kepercayaan baru dari masyarakat, sehingga mereka menyalurkan infak dan sodaqoh mereka kepada lembaga resmi, dan dengan sendirinya pengemispun lambat laun akan berkurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H