Lihat ke Halaman Asli

Inilah Indonesiaku

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1381463388139147590

Indonesia adalah negara yg memiliki sumber daya alam yg besar dan komplit. Tersedianya aneka pertanian, aneka perkebunan, perikanan, peternakan, aneka tambang dan itu diakui oleh dunia, bahkan tambang emas Freeport adalah salah satu tambang terbesar di dunia. Dari foto satelite yg di hasilkan tambang emas Freeport tampak seperti gunung emas di Papua. Pertambangan ini konon telah menghasilkan 7,3 Juta Ton tembaga dan 724,7 Juta Ton emas (*kalkulasi aja dengan rupih, sdh berapa itu..) Akan tetapi semua ketersediaan sumber alam tersebut seperti bukan milik rakyat dan bangsa Indonesia. Kita bukan produsen di negara sendiri, tapi kita hanya konsumen yg tdk berdaya. Fakta seperti itu diperburuk lagi dengan harga2 barang yg mahal. Misal di India, harga sapi per ekor hanya 400 ribu rupiah, di Indonesia sdh mencapai 10 juta rupiah per ekor. Belum lagi harga2 barang sekunder dan primer lain yg sangat menguras kantong. Maka Indonesia pun dijuluki negara kaya yg miskin...Aneh bukan! Yang lebih aneh lagi, kita tidak merasa miskin dan dijajah. Mau yg lebih aneh lagi? Sebanyak 48 ribu tenaga ahli berbagai bidang yang dipersiapkan oleh Prof. Dr. BJ. Habibie waktu itu, sekarang tidak diketahui lagi keberadaannya. Sebagian besar mereka saat ini bekerja di beberapa negara Eropa dan Amerika. Yang tersisa hanyalah sebagian kecil dan yang terbanyak adalah jutaan rakyat yg sedang menunggu BALSEM. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan hutang Indonesia yg mencapai Rp 2.983 triliyun (per Juli 2013), itupun sejak dulu hingga sekarang tidak pernah selesai dan bahkan terus bertambah. Dengan kekayaan alam yg dimiliki, posisi Indonesia sekarang ini adalah masuk ke dalam 68 negara termiskin di dunia. Pertanyaannya adalah: - Bagaimana keberadaan pemerintah dalam mencerdaskan rakyat dan membangun bangsanya? - Dimana posisi parlemen dalam membuat undang2 yg menguntungkan rakyat dan bangsanya? (Bukan membuat undang2 yg hanya menguntungkan partai dan sekelompok kecil orang saja). - Bagaimana keberpihakan yudikatif, ketika terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan penyelewengan kekayaan negara? - Apa yg seharusnya dilakukan rakyat, ketika mereka dengan rela memilih para pemimpin dg harapan akan ada perubahan namun tak kunjung jua?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline