BBM Naik Tinggi, Susu Tak Terbeli
Luviana
Ampi adalah seorang buruh perempuan yang bekerja di Tanjungpriok, Jakarta Utara. Sudah setahun dia mengurus PHK nya di Pengadilan Hubungan Industrial. Ampi dipecat karena aktivitasnya di Serikat Pekerja. Sebagai buruh yang tak lagi diupah dan mendapat kesewenang-wenangan dari perusahaan, kenaikan harga BBM menjadi kondisi tersulit yang dialaminya kini. Anak laki-lakinya sudah makin besar, ia harus sekolah kini.
Para buruh perempuan lain juga banyak yang mengalami kondisi ekonomi yang sama. Buruh perempuan jurnalis, buruh perempuan kontrak yang di PHK sepihak dari perusahaannya juga mengalami ketidakjelasan nasib.
Rencana Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat berimbas bagi rumah tangga-rumah tangga di Indonesia. Rumah Tangga miskin adalah yang paling terkena dampak kenaikan harga BBM. Nasib rumah tangga miskin semakin tidak menentu. Hal ini dialami para buruh perempuan, anak-anak, para lansia , kelompok miskin kota di Indonesia. Jika BBM makin tinggi, pasti susu tak terbeli. Itu gumam para perempuan lain, yang membawa anak mereka, di sebuah siang tak jauh dari Tugu Proklamasi.
Sehari setelah Pengesahan APBN P 2013, sejumlah harga sembako sudah mulai mengalami kenaikan. Harga beras yang sebelumnya: Rp. 7000/ kg kini sudah mengalami kenaikan: Rp. 8.000/ Kg. Demikian juga dengan harga Telor yang sebelumnya: Rp. 18.000/ Kg, kini sudah mengalami kenaikan: Rp. 20.000/ Kg. Harga sayuran mengalami kenaikan: Rp. 1.000/ kg, sedangkan harga daging mengalami kenaikan: Rp. 20.000/ Kg. Sedangkan harga susu formula bayi telah mengalami kenaikan: Rp. 10.000/ Kg. Hal ini menyebabkan dampak serius bagi perempuan di rumah tangga miskin di Indonesia.
Ipeh, seorang penjual kue di Mampang, Jakarta Selatan punya cerita untuk ini. Ipeh yang juga melayani pesanan kue ini begitu kaget ketika melihat harga gula, tepung dan telor sudah melonjak tinggi ," Saya hanya penjual kue, ini pasti sangat berimbas bagi kami, para penjual, penjaja dan pedagang di pasar"
Cerita yang sama juga dialami para buruh perempuan kontrak. Sudah mengalami nasib tak jelas, harga juga makin tak jelas, begitu keluh mereka.
kenaikan harga BBM yang telah berimbas pada kenaikan harga barang menjadi alasan bagi para pengusaha untuk semakin menekan dan menangguhkan kenaikan upah buruh perempuan di di sektor garmen atau tekstil. Industri garmen dan tekstil mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Kenaikan harga BBM akan semakin memiskinkan perempuan, para buruh perempuan menjadi buruh-buruh yang diupah murah. Hal ini akan berdampak pada distribusi relasi kuasa yang menyebabkan tekanan psikis terhadap perempuan.
Perempuan adalah yang terkena dampak langsung kenaikan BBM karena perempuan yang paling dipercaya untuk mengelola kebutuhan ekonomi rumah tangga. Perempuan dalam rumah tangga miskin akan semakin sulit mengatur perekonomian keluarga di tengah harga yang melambung tinggi.
Padahal kondisinya, banyak buruh perempuan yang masih ditangguhkan upahnya hingga kini.