Proyek Tol Semarang-Demak merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi topik perdebatan publik. Pasalnya, proyek ini dipandang dari dua sisi yakni, solusi infrastruktur dan masalah lingkungan. Pembangunan proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran mobilitas transportasi dan mencegah banjir rob yang mana tol ini juga berfungsi sebagai tanggul laut. Namun, di sisi lain proyek tol Semarang-Demak ini menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang mengkhawatirkan.
Pengadaan tol Semarang-Demak ini diproyeksikan mampu mengurangi tingkat kemacetan di rute Pantura yang selama ini menjadi lalu lintas utama penghubung wilayah di pulau Jawa. Selain itu, Tol Semarang-Demak juga difungsikan sebagai tanggul laut dengan harapan dapat mengatasi banjir rob yang sering melanda daerah Kaligawe dan Sayung. Proyek ini menjadi satu langkah inovatif dimana pembangunan infrastruktur jalan diimbangi dengan penyelesaian masalah lingkungan.
Dalam proses pembangunannya, 46 hektar hutan mangrove dihilangkan. Penghilangan hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi dan habitat bagi berberbagai makhluk hidup ini menimbulkan dampak negatif pada ekosistem pesisir. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah pembangunan infrastruktur harus selalu mengorbankan lingkungan? Hal serupa terjadi pada proyek reklamasi di Jakarta. Proyek reklamasi Jakarta sebagai solusi masalah infrastruktur yang tidak diimbangi dengan konservasi lingkungan justru memperburuk keadaan, kerusakan ekosistem, hingga permasalahan sosial yang timbul dimana masyarakat pesisir kehilangan mata pencahariannya.
Selain isu lingkungan. Dampak sosial sebagai akibat dari penggusuran lahan milik warga setempat masih menjadi masalah penting. Masyarakat terdampak pembangunan Tol Semarang-Demak berhak mendapatkan kompensasi yang layak dan adil. Masyarakat juga perlu mendapatkan pendampingan agar bisa beradaptasi di lingkungan baru. Transparansi dan keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan . Apakah proyek ini benar-benar melibatkan partisipasi masyarakat lokal ataukah hanya menempatkan kepentingan ekonomi di atas kesejahteraan masyarakat?
Pembangunan Tol Semarang-Demak sebagai solusi infrastruktur ini memang diperlukan untuk mengurangi kemacetan dan potensi banjir di Semarang-Demak. Namun, aspek lingkungan dan sosial juga perlu diperhatikan. Pendekatan pembangunan yang hanya berfokus pada infrastruktur keras tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan inklusi sosial justru akan menciptakan permasalahan yang lebih kompleks. Dalam upaya mencapai keberlanjutan, pembangunan tol Semarang-Demak perlu diimbangi dengan kebijakan konservatif. Rehabilitasi mangrove dan kebijakan pengelolaan air tanah dapat dilakukan agar proyek ini juga memberikan manfaat jangka panjang dapat dirasakan oleh masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H