Transgender merupakan sesuatu hal yang meliputi banyak orang dengan identitas yang spesifik. Intinya, seseorang yang transgender memiliki spesifik gender dengan jenis kelamin yang berbeda secara biologis. Pandangan mengenai transgender dan penerimaan terhadap mereka para transgender dapat bervariasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Masyarakat Indonesia memiliki beragam pandangan tentang transgender, dan beberapa orang mungkin merasa bahwa keberadaan transgender adalah tabu. Namun di negara-negara barat fenomena Transgender sudah tidak lagi menjadi suatu fenomena yang dianggap tabu lagi (Soetjiningsih,2004).
Pantangan mengenai transgender di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, dan norma sosial yang ada di Indonesia. Indonesia sebenarnya secara kultural memiliki berbagai budaya atau tradisi yang memperkenalkan keberadaan gender atau jenis kelamin selain laki-laki dan perempuan. Contohnya seperti Suku Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan, mengenal lima jenis kelamin yaitu lelaki, perempuan, calalai yang artinya perempuan yang memiliki sifat yang mirip dengan perempuan, tetapi juga memiliki elemen maskulin dalam perilaku mereka, calabai atau pria yang memiliki sifat yang mirip dengan laki-laki, tetapi juga memiliki elemen feminin dalam perilaku mereka, dan satu gender lagi yaitu Bissu. Bissu adalah kelompok yang unik, dianggap sebagai individu yang tidak masuk dalam definisi laki-laki atau perempuan. Mereka memiliki peran spiritual dan sering kali memainkan peran penting dalam upacara adat Bugis. Konsep jenis kelamin yang lebih luas ini mencerminkan keragaman dalam identitas gender dan peran sosial dalam budaya Bugis. Ini adalah contoh bagaimana budaya-budaya di seluruh dunia dapat memiliki cara-cara yang berbeda dalam memahami dan menghormati berbagai identitas gender.
Berdasarkan sudut pandang kelompok transgender, mereka membaginya menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang memandang identitas mereka sebagai penyakit dan kelompok yang menganggap bahwa mereka menjadi waria karena sudah kodrat dan kehendak Tuhan. Pada kelompok pertama, mereka berpikir bahwa mereka berbeda dan tidak seperti kebanyakan orang normal lainnya. Ia juga tidak merasa menjadi diri sendiri ketika berperilaku dan berpenampilan sebagai waria. Dalam upaya berpenampilan agar mirip seperti perempuan, seorang waria bukan hanya berpakaian dan paras yang menyerupai perempuan. Mereka juga mengubah dirinya secara biologis, contohnya seperti suntik hormon. di Indonesia suntik hormon yang sudah banyak digunakan oleh pria adalah suntik hormon esterogen dengan tujuan agar bulu halus di tubuhnya berkurang. Tujuan lainnya adalah menumbuhkan lemak di payudarah dan bokong.
keberadaan transgender di tengah masyarakat seringkali memicu berbagai respons yang beragam. Banyak individu dan kelompok yang mendukung hak-hak transgender, termasuk hak untuk identitas gender mereka yang sesuai. Mereka mungkin aktif dalam advokasi hak-hak transgender dan berusaha untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Beberapa orang mungkin bersikap cuek terhadap keberadaan transgender. Mereka mungkin merasa bahwa identitas gender seseorang adalah urusan pribadi dan seharusnya tidak menjadi perhatian publik. Ini bisa menjadi tanda penghormatan terhadap privasi individu. Sebagian orang mungkin kurang memahami atau tidak tahu banyak tentang transgender. Ketidakpahaman ini bisa mengakibatkan ketidaknyamanan, ketakutan, atau prasangka. Namun, seringkali ketidakpahaman ini bisa diatasi dengan pendidikan dan dialog yang baik. Sayangnya, ada juga mereka yang tidak bisa menerima kehadiran transgender dan bahkan melakukan diskriminasi atau pelecehan terhadap mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh pandangan yang sangat tradisional atau dogmatis dalam agama atau budaya tertentu.
Setiap transgender sudah seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan bersosialisasi seperti orang lain. Ini adalah prinsip dasar kesetaraan dalam masyarakat yang menghargai hak asasi manusia. Masyarakat harus memastikan bahwa para waria atau transgender memiliki kesempatan yang sama untuk pekerjaan, promosi, dan karier jika mereka memenuhi kualifikasi yang diperlukan. Diskriminasi berdasarkan identitas gender harus dihindari. Pernyataan tersebut juga menyentuh pentingnya menghentikan cemoohan dan pelecehan terhadap para waria. Ini dapat mencakup perilaku atau komentar yang merendahkan atau melecehkan mereka. Menciptakan lingkungan kerja yang aman adalah hak dasar bagi semua pekerja. Sementara itu memberikan kesempatan dan perlindungan adalah hal yang penting, masyarakat juga diharapkan untuk memahami bahwa para transgender, seperti semua orang, memiliki hak untuk mengekspresikan diri sesuai dengan identitas mereka. Mengurangi stereotip dan prasangka tentang tampilan atau perilaku mereka adalah langkah penting dalam menciptakan masyarakat yang inklusif.
Respon masyarakat terhadap transgender memang tidak seragam di seluruh dunia. Beberapa negara dan budaya jauh lebih inklusif dan melindungi hak-hak transgender, sementara yang lain masih memiliki hambatan dan stigma yang signifikan. Pendidikan dan kesadaran tentang isu-isu transgender sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua orang, termasuk mereka yang transgender. Perlu diingat juga bahwa setiap individu adalah unik, dan menghormati keberagaman adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis. Menghargai hak-hak dan identitas orang lain adalah nilai fundamental dalam masyarakat yang inklusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H