Lihat ke Halaman Asli

Kentang dan Realita Kehidupan

Diperbarui: 17 November 2020   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari ini hari pertamaku masuk ke sekolah menengah atas, yang di mana Aku baru saja lulus dari sekolah menengah pertama ku. Sampai lupa, Hai namaku, Riani! Biasa dipanggil Riri tapi kalo dipanggi sih aku seringnya noleh.

Ibu selalu berpesan kepadaku untuk senantiasa mengosongkan gelas saat bertemu orang baru, tapi jangan sesekali kau anggap aku akan membawa gelas tiap bertemu orang, bukan seperti itu. Maksudnya, kita diminta untuk tidak sok tahu atau sok pintar dihadapan orang lain.

Aku menyetujuinya, sangat! Terlepas dari itu semua, banyak sekali nasihat beliau yang tak segan aku bagikan ke kalian!

Termasuk tentang hati yang selalu berprasangka pada tiap-tiap manusia. Ibuku pernah berkata, "Dik, di dalem sini (sambil menunjuk dadaku) ada yang namanya hati. Kalau hatinya adik baik, badan adik juga sehat begitupula sebaliknya. Jadi, selalu dijaga ya! Gak apa kalau ada orang yang jahat sama kita yang terpenting jangan sampai dimasukan ke hati, oke?"

Aku dulu pernah mendengarnya, saat itu aku sedang habis-habisnya dikatai teman sebaya karena nilai rendah. Sehabis itu, Ibu meyakinkanku serta menyemangati agar aku mencoba lagi dikesempatan berikutnya, dan ya, semester berikutnya aku yang menjadi juara kelas. Eh, kok jadi nostalgia?

Suasana hiruk-pikuk lapangan SMA 77 semakin semrawut, keadaan dimana aku benar-benar menjadi orang paling tersendiri disini. Aku sengaja memilih sekolah yang lumayan jauh, mencari suasana baru niatnya.

Selang beberapa lama apel pembukaan, kami dibagi berdasarkan jurusan. Aku kedapatan 10 IPS 3 rupanya, tidak apa, angka 3 tidak terlalu buruk.

Aku memilih untuk duduk ditengah isi kelas, lokasi yang strategis untuk melihat ke papan tulis dan mendapat sedikit matahari. 

"Hai, aku boleh duduk disini gak?" 

Laki-laki berperawakan tinggi itu kini tengah berdiri persis disamping mejaku. Aku gelagapan, pasalnya baru dia yang mengajak aku bicara.

Sambil melihat ke penjuru kelas yang rupanya sudah penuh, aku mempersilahkan dia untuk duduk di bangku sebelahku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline