Lihat ke Halaman Asli

Mengujungi Kuba

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pagi ini, sekitar pukul 09.30, saat saya masih terlelap, saya dikejutkan oleh sebuah telepon. Dengan malas, saya raih ponsel di atas meja di sebelah kiri saya.

"Assalamualaikum, Bu Prof..."
"Waalaikum salam...."
"Masih istirahat?"
"Ya..." Suara saya mungkin seperti suara orang setengah mabuk. "Tadi pukul setengah enam baru masuk penginapan...." Lanjut saya.
"Baik. Saya hanya ingin sampaikan, bupati rupanya sudah berangkat tadi malam ke kegiatan lain. Tapi saya sudah melapor ke sekda, kalau hari ini kita akan menghadap."
"Melapor ke sekda?"
"Ya, betul."
"Melapor bagaimana?"
"Ya, melapor kalau hari ini kita akan menghadap."
"Lho?"
"Maaf, Bu Prof, saya sudah di lobi."
"Di lobi?" Saya langsung 'jenggirat'. Ya Allah, saya ini ada di mana?"
"Maaf, ini pak kadiskah?"
"Betul, Bu Prof."
"Oh, maaf, Bapak.... Maaf, saya belum sepenuhnya sadar ini." Kepala saya terasa berat. "Maaf, Bapak....nyawa saya belum kembali semua ini...."
Pak Kadis tertawa keras.
"Baik, tidak apa-apa, Bu Prof. Saya tunggu di lobi."

Maka saya pun 'njrantal' ke kamar mandi. Untungnya, tadi pagi, begitu masuk penginapan, saya langsung mandi. Mbak Ully juga. Semalaman berada dalam perjalanan dari Medan ke Aceh Singkil membuat tubuh seperti 'katutan' macam-macam, sehingga begitu ketemu air, maunya langsung membersihkan badan.

Jadi kalau sekarang kami tidak mandi, memang kami tidak perlu mandi lagi. Apa lagi Pak Kadis sudah menunggu di lobi. Waduh, bisa kualat kami nanti kalau membuat beliau menunggu terlalu lama.

Bertiga kami keluar menemui Pak Kadis dan stafnya, kabid program. Berbincang sebentar, dan berangkatlah kami.

Saya, Bu Ully, dan Mas Syamsul (Dr. Syamsul Sodiq, Kajur Pendidikan Bahasa Indonesia), masuk ke mobil dinas yang semalam menjemput kami dari Bandara Kualanamu Medan dan membawa kami menuju penginapan ini. Pak kadis, Yusfit Elmi, S.Pd, duduk bersebelahan dengan driver di depan. Pak kabid duduk di jok belakang.

Tujuan kami pagi ini adalah Kuala Baru. Namun sebelum ke sana, kami menuju kantor kabupaten, dan bertemu sekda, Drs. Azmi. Berkenalan dan berbincang sebentar tentang Program SM-3T dan masukan-masukan sekda untuk kepala dinas dalam melayani dan merespon program tersebut. Juga harapan-harapannya untuk keberlanjutan program. Juga kekagumannya pada semangat pengabdian para guru SM-3T. Dari apa yang dikatakannya, nampaknya Bapak Sekda ini cukup memahami apa itu Program SM-3T.

Dari kantor kabupaten, kami langsung menuju ke Kuala Baru. Di sana ada SMK 1 Kuala Baru dan dua anak kami, peserta SM-3T, bertugas. Kami akan mengarungi Sungai Singkil, sungai terbesar di Aceh Singkil, untuk mencapai Kuala Baru.

Cerita tentang Sungai Singkil yang diapit rawa-rawa sudah sering kami dengar. Rawa-rawa itu luasnya sekitar 5000 ha dan menjadi paru-paru dunia. Juga cerita tentang buaya predator yang tak jarang memakan korban manusia. Setahun ini ada dua orang sudah dimangsanya, dan satu orang yang nyaris menjadi mangsa. Para predator itu ada di sepanjang sungai, di rawa-rawa, berjemur, sambil menunggu korban.

Kami bertujuh menaiki spreedboat. Sekitar empat puluh menit perjalanan dari Singkil ke Kuba, singkatan dari Kuala Baru. Tak terbayang sebelumnya saya akan mengunjungi Kuba, dan berspeedboat bersama Fidel Castro-nya, yaitu Kepala Sekolah SMK 1 Kuba.

Panas menyengat. Suhu di Aceh Singkil jauh lebih panas daripada di Surabaya. Syukurlah saya sudah terbiasa dengan suhu panas. Kulit hitam saya adalah bukti kalau saya tahan panas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline