Lihat ke Halaman Asli

Luthfi Wildani

Pecinta Hikmah dan Kebenaran

Mau Ibadah Kok Ribet Banget Sih

Diperbarui: 2 November 2021   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: kumparan.com

Untuk kesekian kalinya, umat Kristiani harus menyambut hari raya Natal dengan perasaan tidak aman dan was-was. Mereka harus melaksanakan ibadah Misa yang merupakan ibadah tahunan dengan kondisi yang serba ribet. Dikawal oleh berbagai aparat keamanan, baik dari unsur TNI maupun POLRI. Seolah tak mau kalah, ormas yang mempunyai sayap paramiliter pun ikut membantu mengamankan jalannya ibadah Misa dan malam perayaan Natal tahun ini.

Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa hal semacam ini terus-terusaan terjadi? Memangnya nggak bisa ya melaksanakan ibadah dengan perasaan aman, nyaman dan tenang tanpa penjagaan aparat yang bejibun? Seolah-olah negara Indonesia sedang dilanda ancaman keamanan serius, sehingga orang mau beribadah pun harus dijaga ketat sedemikian rupa.

Bukankah negara kita ini mayoritas beragama Islam? Bukankah Indonesia ini menganut budaya ketimuran yang selalu mengedepankan sopan santun dan ramah ke semua orang? Bukankah salah satu derivasi dari kata Islam adalah salam yang berarti kedamaian? Bukankah salah satu alasan kuat kenapa Indonesia berdiri ini karena untuk menyatukan berbagai keragaman (unity in diversity)?

Ah, rasa-rasanya kita seperti hidup di negara konflik seperti Suriah dan Palestina saja, dimana segala aktivitas yang kita jalani --termasuk beribadah- harus diawasi dan dijaga ketat, supaya ketika ada serangan musuh yang datang, ada orang-orang yang meng-counternya terlebih dahulu.

Coba bayangkan, bagaimana perasaan kita sebagai umat Islam jika berada dalam keadaan yang dialami oleh saudara-saudara kita dari umat Kristiani ketika ingin merayakan hari raya dan melaksanakan ibadah setahun sekali dalam kondisi yang was-was dan merasa tidak aman?

Kita bisa bandingkan dengan keadaan dari saudara-saudara kita dari muslim Uighur yang ada di Xinjiang China, saudara-saudara kita yang ada di Palestina, saudara-saudara kita yang ada di Suriah, dimana kondisinya memang memaksa mereka harus sembunyi-sembunyi ketika ingin melaksanakan ibadah maupun aktivitas sehari-hari. 

Bahkan menurut salah satu versi, muslim Uighur di Xinjiang dilarang untuk beribadah salat di masjid, dilarang berpuasa pada bulan Ramadan, dll. Sehingga mereka harus meninggalkan salat dan puasa dalam keterpaksaan, karena sebuah kondisi  yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah.

Sebagian dari kita juga berteriak kencang menentang penindasan dan kezaliman kepada saudara-saudara kita di Xinjiang, Palestina dan Suriah. Tapi mereka acapkali --bahkan sering- melakukan kezaliman-kezaliman kepada saudara-saudara non-muslim yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, melarang pendirian rumah ibadah, seperti yang terjadi beberapa tahun silam di beberapa kota dan kabupaten di Indonesia. 

Hal semacam itu tentu sangat disayangkan, kok bisa sebagian dari kita sekejam itu melakukan sebuah perbuatan vandalisme dan egosentrisme yang sangat memalukan. Tentu kita tidak mungkin membiarkan kejadian ini terus berlarut-larut dan seakan-akan menjadi sebuah tradisi. Kita ingin Indonesia ini tetap menjadi Indonesia yang damai, makmur dan sentosa.

Pada akhirnya, penulis pribadi mengajak kepada semua umat Islam, mari kita ciptakan kondisi kesejukan dan kedamaian kepada saudara-saudara kita non-muslim. 

Biarlah mereka merayakan hari raya mereka dengan penuh kegembiraan dan beribadah dengan aman, nyaman dan tenang. Sama seperti ketika kita merayakan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha serta melaksanakan ibadah dengan gembira, damai dan khusyu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline