Petani merupakan salah satu profesi yang masih mendominasi masyarakat Indonesia, karena Indonesia merupakan negara agraris dengan lahan pertanian yang sangat luas.
Namun banyak yang memandang profesi ini rendah dan tidak relevan dengan generasi Z atau Gen Z yang merupakan generasi kelahiran akhir tahun 90-an hingga 2010-an. Dimana generasi ini tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi.
Berdasarkan survei dari Jakpat yang diambil pada tahun 2022, hanya 6 dari 100 Gen Z yang tertarik untuk menjadi petani. Kurangnya minat terhadap profesi petani disebabkan oleh anggapan bahwa petani merupakan pekerjaan yang melelahkan, berpenghasilan rendah, dan terbelakang. Gen Z lebih tertarik terhadap profesi modern yang banyak berhubungan dengan teknologi. Sehingga profesi petani sudah dianggap tidak relevan.
Namun, berangkat dari hal inilah, mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya (UB) menemukan ide kreatif untuk mengkolaborasikan antara minat Gen Z dengan potensi pertanian yang ada di Indonesia.
"Anggapan bahwa profesi petani sudah tidak relevan bagi Gen Z adalah hal yang keliru. Tumbuh bersama dengan teknologi membuat Gen Z memiliki peluang yang tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya dalam mengembangkan inovasi-inovasi di bidang pertanian. Gen Z dapat memanfaatkan teknologi yang mereka kuasi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, kualitas, dan kuantitas dari hasil pertanian indonesia. Kondisi alam Indonesia yang kaya akan hasil pertanian ditambah dengan penguasaan teknologi yang mendukung akan menghasilkan hasil yang optimal dan panen maksimal," jelas Fabio Philbert Theodore.
Menurutnya, pekerjaan petani masih sangat relevan bagi Gen Z. Dia juga optimis jika Gen Z mampu melakukan pengembangan teknologi pertanian dengan baik maka pertanian Indonesia bisa unggul dan hasilnya komoditinya bisa di ekspor hingga ke seluruh penjuru dunia.
"Jika kawan-kawan ingin menjadi petani digital dapat mengikuti beberapa tips and trick berikut! Pertama, pelajari teknologi yang mendukung dalam bidang pertanian. Kawan-kawan juga dapat mengikuti kursus atau melihat tutorial online dan komunitas petani digital. Kedua, menjalin relasi dengan sesama petani digital yang dapat saling bertukar ilmu dan bekerja sama. Terakhir dan terpenting adalah jangan takut dan malu untuk mencoba! Temukan cara terbaik yang dapat diterapkan dalam memulai pertanian digital," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H