Dari Sidang RUU KPK 20 Menit, Respon Cepat Presiden, Polemik Revisi KUHP Sampai Dilema Aktivis (Bukan Review Ch. 554)
"Kita Bajak Laut Binatang Buas dan Bajak Laut Big Mom memutuskan untuk menjalin aliansi!!! Kami akan saling membunuh kami menguasai dunia bersama" -- Kaido of The Beasts.
Rentetan peristiwa politik terjadi dengan sangat cepat, seolah tak memberi jeda setiap harinya kita disuguhkan dengan peristiwa baru yang aneh karena baru kali ini itu terjadi.
Sekalinya terjadi, keanehan itu muncul terus menerus tanpa memberi kesempatan kita untuk mencernanya. Bagaimana publik mengamatinya? Tentu saja sangatlah sulit, kemarin kita dibombardir dengan Hoax, sekarang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan dilematis dan ketidakjelasan fenomana. Alih-alih harus mencerna mana berita benar dan salah, publik pun kesulitan melihat siapakah aktor yang sedang bermain?
Masihkan Jokowi vs Prabowo? Cebong vs Kampret? Atau justru perseteruan dua fraksi polisi? Upps, *KUHP belum disahkan bukan? Haha mari kita mulai tulisan ini, saya tidak sedang mengutip beragam teori. Kali ini saya mesti berterimakasih pada Eichiro Oda.
Saya tidak mengerti, sejak kapan Eichiro Oda mengikuti persoalan bangsa Indonesia atau mungkin para pemimpin negeri ini jangan-jangan adalah pembaca setia One Piece.
Pada Chapter 954 Oda menggambarkan bahaya besar akan datang dari aliansi antara dua kaisar laut (yonkou) yakni Kaido dan Bigmom. Tentu saja hal itu sangat mengerikan, bagaimana tidak? Sekedar untuk mengalahkan Luffy kedua kaisar itu beraliansi membangun kekuatan.
Pada saat yang sama partai-partai politik di Indonesia yang sebelumnya saling berhadapan pada pemilu 2019 justru tiba-tiba berkompromi dan menyepakati beberapa peraturan, alih-alih menunjukan efektifitas anggota dewan, persoalan yang dibahas singkat dan tergesa-gesa itu justru menyimpan banyak pertanyaan.
Bagaimana bisa dalam waktu singkat, orang-orang yang berseteru itu duduk bersama? Bagaimana bisa DPR yang tidak produktif itu justru menyepakati banyak revisi undang-undang dalam hitungan hari? Apa yang sedang terjadi? Siapa juga yang sedang mereka lawan?
Korban pertama yang merasakan kengerian aliansi ini justru adalah lembaga kemarin sore yakni KPK, seolah tak berdaya berhadapan dengan aliansi partai di DPR, tiga pimpinan KPK pun (Agus Rahardjo, Laode Muhammad Syarif dan Saut Situmorang) menyerahkan mandat pada Presiden. Belum berakhir polemik Revisi UU KPK, Publik disodorkan Revisi KUHP dengan beragam pasal kontroversi.
Alih-alih sedang melakukan dekolonialisasi (Klaim awal), beberapa pasal justru dinilai melindungi pemerintah dari serangkaian kritik (Pasal 440-449; Pasal 218-220; Pasal 240-241; Pasal 353-354). Publik dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang dilematis, pasalnya semenjak pemilu kemarin perseteruan cebong dan kampret sangat panas.
Tidak sedikit keluarga yang bertengkar, pertemanan yang rusak bahkan harmonisasi hubungan yang retak gara-gara beda pilihan, kini pengorbanan itu seolah sia-sia karena partai yang mereka dukung nyatanya tidak berseteru bahkan lebih parah lagi pura-pura tuli dan tidak mendengarkan para pendukungnya.