Lihat ke Halaman Asli

Sosialisasi Panel Surya Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif yang Ramah Lingkungan

Diperbarui: 12 Februari 2022   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

WONOSOBO (12/02/2022)- Mahasiswa KKN TIM I Universitas Diponegoro Tahun 2022 melaksanakan kegiatan KKN dengan tema "Pemberdayaan Masyarakat Menuju Pasca Pandemi Covid-19 Berbasis SDG's". KKN ini dilaksanakan selama 45 hari terhitung mulai tanggal 5 Februari 2022 sampai tanggal 15 Maret 2022, dengan kebanyakan kegiatan dilaksanakan secara online karena menindak lanjuti terkait kebijakan pemerintah mengenai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) seiringnya dengan peningkatan pasien positif Covid-19 varian omicron.

Selama Pandemi berlangsung banyak masyarakat yang melakukan kegiatan di rumah atau yang bisa kita kenal sebagai work from home (WFH). Kegiatan yang dominan dilakukan di rumah ini tentunya membuat biaya listrik semakin meningkat jika dibandingkan dengan yang sebelumnya. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi awal kepada masyarakat terkait dengan alternatif penghasil listrik untuk meminimalisasi biaya pemakaian listrik PLN setiap bulannya.

Salah satu alternative pemghasil listrik yang juga ramah lingkungan adalah panel surya. Panel surya. Panel surya adalah alat yang dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Panel surya sendiri tersusun atas sel surya yang merupakan elemen semikonduktor (biasanya silicon). Elemen semikonduktor inilah yang mengonversi energi surya menjadi energi mekanik.

Pada umumnya panel surya yang ada di pasaran ada dua jenis yaitu monokristalin dan polikristalin. Monikristalin dibuat dengan menggunakan bahan kristal silicon murni sedangkan polikristalin memiliki campuran bahan lain disamping kristal silikon yang digunakan. Monokristalin memiliki efisiensi yang lebih tinggi (20%) jika dibandingkan dengan polikristalin (15-17%). Walaupun demikian, monokristalin memiliki harga yang lebih mahal dari polikristalin karena pada proses pembuatannya memakan biaya yang lebih besar.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, energi matahari merupakan energi yang sangat melimpah. Untuk Indonesia sendiri, karena berada di sekitar garis khatulistiwa, Intensitas matahari rata -- rata yang didapatkan relative tinggi yaitu sebesar 4,5 kWh/m2. Sederhananya, untuk luas satu meter persegi energi kita bisa memperoleh energi surya sebesar 4.5 kWh. Cukup besar, bukan?

Kelebihan panel surya

  • Memanfaatkan energi matahari yang merupakan energi paling berlimpah di muka bumi
  • Ramah lingkungan karena tidak memancarkan emisi gas rumah kaca
  • Masa pakainya yang cukup lama ( 20 tahun)

Kekurangan panel surya

  • Efisiensinya ( 20%) yang masih tergolong rendah sehingga perlu lebih ditingkatkan
  • Harganya pembeliannya yang masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan akumulasi biaya penggunaan listrik secara konvensional pada jangka waktu tertentu.
  • Standar operasi engolahan limbah yang belum jelas pasca habisnya masa pakai

panel-62073f7a1e0cba6c281c35e7.png

Dapat kita lihat terlepas dari kekurangannya, panel surya memiliki tren positif untuk dikembangkan secara lebih lanjut dan menjadi pembangkit listrik alternative yang ramah lingkungan.NAMA PENULIS:

Muhammad Luthfi Izzulhaq, Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline