Sebagian besar dari kita mungkin sering merasa bosan di lingkungan sekolah, kuliah, ataupun pekerjaan. Apalagi kalau sedang banyak masalah dan belum ketemu solusinya, jadi merasa orang yang paling menderita. Berpikir untuk berhenti, santai-santai menikmati hidup, tapi teringat masih punya tanggung jawab untuk diri sendiri dan juga keluarga. Kalau merasa dalam kondisi begitu, mungkin kita bisa ambil pelajaran dari buku Viktor Frankl berjudul Man's Search for Meaning. Dalam buku ini dijelaskan ternyata dalam kondisi menderita, kita masih bisa tenang dan tetap menjalani hidup dengan makna.
Viktor Frankl merupakan seorang psikiater yang pernah berada di dalam tahanan kamp konsentrasi di Auschwitz pada tahun 1942 sampai 1945. Selama masa operasi kamp konsentrasi, Nazi melakukan berbagai kegiatan yang kejam dan sangat tidak manusiawi. Frankl dan para tahanan lainnya sering mengalami pemukulan dan kekerasan fisik, menderita kelaparan yang parah dengan makanan yang sangat minim dan tidak bergizi, memperoleh penghinaan dan perlakuan kasar, serta mereka hidup dalam kondisi yang sangat kotor dan sempit. Dalam kondisi tersebut dia masih berpegang teguh dengan keyakinan dan harapan sampai akhirnya bisa bertahan dan keluar dari tahanan tersebut. Berikut ini ada beberapa kutipan dari buku tersebut dan bagaimana kita bisa tetap bertahan di tengah kebosanan dan penderitaan.
1. Memperkuat Keyakinan dan Harapan
"Manusia bisa melestarikan sisa-sisa kebebasan spiritual, kebebasan berpikir mereka meskipun mereka berada dalam kondisi mental dan fisik yang sangat tertekan."
Yakin dengan kekuatan hebat dari Maha Kuasa mampu memberikan kita harapan. Harapan itu adalah nyala api kecil yang terus berkobar, memberikan kita kekuatan untuk bertahan dan melangkah maju. Dalam setiap hembusan napas, dalam setiap detak jantung, kita merasakan kehadirat-Nya.
"Apapun bisa dirampas dari manusia, kecuali satu: kebebasan terakhir seorang manusia - kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan, kebebasan untuk memilih jalannya sendiri."
Penerimaan terhadap kondisi sekarang adalah perisai yang melindungi kita dari badai emosi yang bisa merajalela. Dengan menerima kenyataan yang ada, kita tidak membiarkan diri kita terombang-ambing oleh gelombang perasaan. Sebaliknya, kita menemukan ketenangan dalam kebebasan untuk memilih sikap kita, menemukan makna dalam setiap momen, dan berjalan di jalan yang kita tentukan sendiri.
"Jika hidup benar-benar memiliki makna, maka harus ada makna di dalam penderitaan. Karena penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, meskipun penderitaan itu merupakan nasib dan dalam bentuk kematian. Tanpa penderitaan dan kematian, hidup manusia tidak sempurna."
"Kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita dan berusaha meminimalkan perasaan lemah dan takut. Tetapi kita juga tidak perlu malu untuk menangis, karena air mata merupakan saksi dari keberanian manusia yang paling besar, yakni keberanian untuk menderita."
Kita sering mendengar larangan untuk bersedih, padahal itu penting. Kesedihan adalah bagian dari spektrum emosi manusia yang membantu kita memproses kehilangan, memahami penderitaan, dan akhirnya menemukan makna di balik setiap pengalaman. Dengan menerima kesedihan, kita memberi ruang bagi diri kita untuk sembuh dan tumbuh, serta menemukan kekuatan.