Sekarang jam 01.35, tengah malam lewat. Tapi badanku sama sekali tidak berhasrat untuk tidur.
Hari ini aku akhirnya bilang ke kamu, kalau hubungan kita tidak bisa bisa diteruskan.
“Kenapa?” katamu sambil mengeluarkan air mata andalan wanita.
Entahlah. Aku tak sanggup menjawabnya. Aku mau denganmu, tapi hatiku menolaknya.
Setelah pulang dari pertemuan terakhir kita itu, aku pulang dengan taksi ke rumah. Karena hujan, dan kau pun yang menyarankannya. Sepertiga jalan pertama aku diam. Tapi setelahnya surga itu dimulai, dan supir mengajakku berbicara.
Namanya Andre, duda. Banyak hal yang ia ceritakan, sekalipun aku hanya numpang meng-iya-kan saja. Istrinya kabur dengan juragan dimana ia bekerja, meninggalkan dia sendiri.
“Saya enggak percaya perempuan lagi, mas,” katanya waktu itu.
Aku terenyuh. Kata-kataku ditenggorokan bilang, “Akupun sama.” Tepatnya ketika aku tau kau berhubungan lagi dengan mantanmu.
Apa lagi yang bisa dilakukan kedua pria yang tidak percaya lagi pada wanita selain saling mencintai?
Aku tau ini salah, salahku pada dua objek. Padamu, dan pada-Mu. Aku juga tau kata-kata tidak bisa lagi menanggulanginya. Mungkin darah ini yang bisa menyelamatkanku. Kamu bisa melupakanku, dan Kau bisa mengampuniku. Bukankah utusan-Mu yang bilang kalau sakit bisa mengampuni dosa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H