Gunung Merapi, salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, kembali menunjukkan aktivitas erupsi yang signifikan pada Oktober 2024. Dengan status Siaga (level 3), masyarakat di sekitarnya menghadapi ancaman nyata berupa guguran awan panas dan aliran lava yang terus mengancam pemukiman mereka.
Aktivitas Terkini Gunung Merapi
Pada bulan Oktober 2024, Gunung Merapi meluncurkan awan panas sejauh 2.400 meter ke arah barat daya, terutama mengarah ke aliran Kali Bebeng. Aktivitas vulkanik ini tidak hanya sekali terjadi, tetapi menjadi bagian dari serangkaian erupsi yang terus-menerus sejak awal tahun. Potensi bahaya juga meluas ke area Sungai Boyong, Krasak, dan Bedog, dengan radius ancaman hingga 7 km.
Fenomena ini bukanlah yang pertama kali terjadi, karena Merapi secara historis telah dikenal dengan aktivitas vulkaniknya yang intens. Letusan besar yang terkenal di masa lalu, seperti pada tahun 2010, telah memaksa evakuasi ribuan penduduk dan menimbulkan kerugian yang signifikan.
Ancaman Awan Panas dan Guguran Lava
Awan panas atau pyroclastic flow adalah salah satu ancaman terbesar dari erupsi Gunung Merapi. Awan ini terdiri dari material vulkanik yang sangat panas dan mampu meluncur dengan kecepatan tinggi, menghancurkan apa pun yang ada di jalurnya. Pada Oktober 2024, awan panas tersebut tercatat meluncur dengan amplitudo maksimal 40 mm dan durasi lebih dari 240 detik
Selain awan panas, guguran lava pijar juga menjadi ancaman signifikan bagi warga sekitar. Lava mengalir ke aliran sungai yang menjadi jalur alami bagi material vulkanik, tetapi ancaman longsor dapat terjadi jika material berakumulasi dalam jumlah besar.
Tindakan Mitigasi dan Evakuasi
Pemerintah melalui Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terus memantau aktivitas Gunung Merapi. Hingga saat ini, langkah-langkah mitigasi sudah diterapkan, seperti memperingatkan warga untuk menjauhi zona bahaya yang telah ditentukan. Warga yang tinggal di radius 5 hingga 7 km dari puncak gunung telah diimbau untuk mengungsi demi keselamatan mereka.
BPPTKG juga telah menyiapkan berbagai alat pemantauan, termasuk seismograf dan kamera pemantau, untuk mendeteksi perubahan signifikan dalam aktivitas gunung. Langkah-langkah ini memungkinkan adanya peringatan dini yang dapat membantu mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian materi.
Apa Selanjutnya?