Lihat ke Halaman Asli

Luthfian Ramdhan

Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Tidar

Wajib Dihindari, Inilah Gangguan Sistem PLTS

Diperbarui: 25 Oktober 2021   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Indonesia semakin banyak dan didukung oleh peraturan baru yang akan keluar menjadikan PLTS atap ini akan semakin masif. Data menunjukan bahwa penggunaan PLTS di Indonesia semakin tahun semakin meningkat secara signifikan. Kenaikan ini disebabkan oleh masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan terbitnya peraturan baru yang lebih menguntungkan. Tentunya semakin banyak PLTS yang digunakan kita juga harus semakin tahu apa saja gangguan - gangguan yang ada di sistem PLTS.

Gangguan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan bagi pengguna PLTS. Gangguan sendiri memiliki pengertian keadaan suatu sistem yang menyimpang dari keadaan normal, kejadian ini dapat menyebabkan terganggunya keberlangsungan pelayanan tenaga listrik. Gangguan bisa terjadi di modul surya maupun sistem tenaga listrik yang terhubung ke modul surya. Gangguan yang biasa terjadi di dalam modul adalah hotspot, microcrack, snail trail contamination (perubahan warna panel membentuk jalur siput), potential induced degradation, dan internal corotion/delaminasi.

Gangguan bisa dibagi menjadi beberapa golongan, berdasarkan asal, gangguan dibagi menjadi 2 bagian yaitu gangguan internal sistem dan gangguan eksternal. Gangguan internal disebabkan oleh sistem itu sendiri, biasanya gangguan ini terjadi karena kesalahan pemasanga instalasi. Kesalahan instalasi yang dimaksud adalah kabel yang tidak sesuai spesifikasi arus, isolasi kabel yang cacat, kawat putus, maupun komponen yang rusak. Sementara gangguan eksternal disebabkan oleh gangguan yang berasal dari luar sistem, biasanya gangguan ini terjadi karena pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta petir. Selain gangguan dari alam terdapat juga shading dan soiling.

Selain gangguan yang disebabkan oleh asal, terdapat juga gangguan yang dibagi berdasarkan durasi waktu gangguan. Gangguan yang pertama adalah gangguan temporer, gangguan jenis ini bisa hilang dengan sendirinya atau bisa juga memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya menggunakan MCB. Gangguan temporer apabila tidak bisa diatasi dengan sendirinya akan menjadi gangguan permanen. 

Biasanya gangguan temporer disebabkan oleh konsleting dan hal ringan lainnya, sistem akan memutuskan arus melalui  Miniature Circuit Breaker (MCB). Selain gangguan temporer terdapat juga gangguan permanen, gangguan permanen merupakan gangguan yang terjadi dalam waktu yang lama dan harus diperlukan teknisi untuk memperbaikinya. Pada saat terjadi gangguan sebisa mungkin sistem segera diperbaiki supaya tidak mengganggu distribusi listrik dan listrik tetap stabil.

Gangguan biasanya disebabkan oleh arus lebih maupun tegangan berlebih pada sistem. Gangguan arus lebih bisa diklasifikasikan menjadi dua yaitu beban lebih (overload) dan tegangan lebih (overvoltage) yang akan menyebabkan pemanasan pada penghantar dan melehkan sistem isolasi. Selanjutnya arus hubung singkat biasanya terjadi karena masing -- masing fasa saling bersentuhan tanpa melewati beban sehingga menimbulkan percikan api dan konslet. Hubung singkat bisa diakibatkan oleh gigitan tikus pada sistem isolasi dan melelehnya sistem isolasi akibat kelebihan arus. 

Selain gangguan arus lebih terdapat juga gangguan tegangan berlebih. Tegangan berlebih bisa diakibatkan dari sistem sumber maupun surja petir dan surja hubung. Tegangan berlebih sangat berbahaya pada sistem karena bisa merusak komponen yang digunakan. Tiap komponen memiliki rating tegangan maksimal yang diberikan oleh pabrikan, apabila melebihi rating yang telah ditentukan maka alat tidak bisa digunakan atau rusak. Biasanya tegangan lebih sumber diakibatkan oleh gagalnya sistem pengatur pada trafo distribusi, sementara petir diakibatkan oleh sambaran petir secara langsung maupun tidak langsung.

Pencegahan Gangguan Sistem

Tentunya ketika menggunakan sistem PLTS pengguna tidak mau sistemnya mengalami gangguan khususnya gangguan permanen. Untuk mencegah gangguan permanen bisa dicegah dengan menggunakan sistem proteksi pada sistem. Sistem proteksi ini berfungsi untuk melindungi komponen yang ada di sistem untuk menghindari tegangan lebih maupun arus berlebih. Dengan menggunakan sistem proteksi pengguna tidak harus mengganti komponen utama pada sistem PLTS, hanya mengganti sistem proteksi. Sistem proteksi yang digunakan juga harus memiliki rating yang sesuai dengan komponen utama yang ada di sistem. Proteksi PLTS terdiri dari Miniature Circuit Breaker (MCB), Surge Protection Device (SPD), fuse, dioda, dan grounding. Masing - masing komponen memiliki fungsi tersendiri dalam suatu sistem PLTS.

  1. Miniature Circuit Breaker (MCB), berfungsi untuk melindungi komponen, baik kabel maupun komponen utama dari arus berlebih sehingga penghantar tidak meleleh dan terjadi kebakaran pada sistem. MCB akan berpindah ke posisi off dan sistem PLTS akan mati sehingga terhindar dari kebakaran. Dalam satu jaringan kabel, digunakan 2 MCB untuk bagian AC dan bagian DC. MCB yang digunakan juga harus sesuai dengan keluaran string modul dan inverter.
  2. Surge Protection Device (SPD), berfungsi untuk melindungi sistem dari tegangan berlebih yang diakibatkan oleh surja petir maupun surja hubung. Didalam SPD terdapat indikator yang digunakan untuk mengetahui bahwa sistem sudah terkena petir atau belum. Indikator jika sudah akan berwarna merah, jika belum akan berwarna hijau. SPD disarankan untuk dipasang di sisi DC dan sisi AC dari sistem.
  3. Sekering (fuse), fungsi dari fuse sama seperti MCB namun jika terjadi arus lebih yang putus hanyalah fuse. Jika fuse rusak sangat mudah untuk diganti jika dibandingkan dengan mengganti MCB.
  4. Grounding, memiliki fungsi yang sangat penting bagi sistem. Grounding sendiri berfungsi untuk menghindari makhluk hidup dari sengatan listrik akibat menyentuh benda yang berhubungan dengan sistem. Grounding biasanya menjadi syarat utama untuk mendapatkan sertifikat layak operasi dan komisioning. Selain itu terdapat juga grounding untuk penyerap petir yang digunakan untuk meredam sambaran petir secara langsung.

Gangguan sistem sangatlah tidak diinginkan bagi seluruh pengguna PLTS, gangguan ini bisa menyebabkan kerusakan sistem hingga dapat menyebabkan penggantian komponen sistem yang memiliki harga mahal. Untuk mengurangi efek atau mencegah gangguan diperlukan pemasangan sistem proteksi. Proteksi digunakan untuk melindungi komponen - komponen yang ada didalam sistem supaya bisa berjalan aman dan mendapatkan sertifikat layak operasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline