Kondisi Inggris se pekan ini mencekam, terbunuhnya 3 warga Inggris yang masih berusia di bawah 10 tahun menjadi pemicu kemarahan publik Inggris. Pasal nya, pemberitaan tentang terjadinya pembunuhan tersebut dibumbui oleh berita disinformasi dan misinformasi yang menyatakan bahwa pembunuh seorang imigran dan beragama Islam.
Lantas berita ini ditunggangi oleh kelompok sayap kanan di Inggris yang selama ini cenderung membawa isu anti Imigran dan isu anti Islam atau yang kita kenal sebagai Islamophobia. Beragam aksi protes mulai dari unjuk rasa hingga anarkisme terjadi dan mengakibatkan perusakan pada Gedung-gedung perkantoran pro imigran bahkan masjid-masjid sebagai tempat peribadatan kaum muslim pun tak luput dari aksi anarkisme tersebut.
Sebenarnya, apa yang terjadi di Inggris adalah situasi yang dapat terjadi di belahan dunia manapun, tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa orang bahkan pernah harus merasakan dinginnya jeruji besi karena ikut andil dalam menyebarkan berita misinformasi dan disinformasi atau yang biasa kita kenal dengan berita hoax.
Berita ini dikemas sedemikian rupa sehingga meresahkan Masyarakat dan menyudutkan beberapa pihak lain yang sebenarnya tidak bersalah bahkan tidak tahu apa-apa. Berita ini menyebar melalui berbagai media elektronik seperti aplikasi Whatsapp, twitter/X, Instagram, dan juga Facebook.
Bahkan untuk whatsapp sendiri dapat dishare secara massif mulai dari kontak pribadi hingga grup-grup keluarga, lingkungan, dan tempat kerja. Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid bahkan menyatakan banyak profesor maupun doktor atau kalangan akademis yang percaya pada "hoax".
"Pengaruh media sosial memang luar biasa, tinggal kasih foto dan judul langsung menyebar berita hoax tersebut," ujarnya. Mereka yang percaya pada kabar bohong tersebut, lanjut dia, sebagian besar adalah generasi transisi. Generasi yang lahir belum bersinggungan dengan teknologi dan ketika dewasa mulai kenal dengan teknologi
Hal ini tentu menjadi kewaspadaan dan kekhawatiran kita semua, apalagi berita semacam ini erat dikaitkan dengan situasi dan suasana politik dalam gelaran Pemilihan Umum. Indonesia yang Tengah menghadapi Tahun Politik 2024 harus terus menerus berupaya keras agar berita hoax tidak mencederai pesta demokrasi kita. Pasal nya, per 1 Januari 2024 kemarin Menkominfo merilis lebih dari 2500 berita hoax yang sudah dimitigasi oleh pemerintah melalui berbagai kanal.
Tentu jumlah aslinya bisa jadi lebih banyak dan tidak menutup kemungkinan lebih meresahkan Masyarakat. Dikutip dari laman kominfo.go.id, Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah Septiaji Eko Nugroho menilai maraknya kabar hoax jika dibiarkan amat mungkin membuat perpecahan sesama anak bangsa. Ia menjelaskan "hoax" merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya atau juga bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.
Sepakat dengan hal tersebut maka penting bagi kita warga Masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan kita dalam memilah dan memilih berita, mana yang hoax dan mana yang kredibel.
Menumbuhkan kesadaran Masyarakat agar hidup bebas dari hoax, baik memproduksi, mengkonsumsi maupun mendistribusikan nya merupakan hal yang wajib secara terus menerus digaungkan oleh segenap pihak utama nya pemerintah.
Berita hoax ini hanya bisa dimusnahkan apabila seluruh elemen Masyarakat Bersatu dan menolak segala bentuk pemberitaan palsu atau hoax. Segera laporkan dan beri sanksi tegas kepada para pelaku nya.