Lihat ke Halaman Asli

Luthfiah Rima Hayati

Mahasiswi di Universitas Riau

Bagaimana Kehidupan yang Kalian Inginkan?

Diperbarui: 14 Januari 2024   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : edited on Canva

Rila datang ke rumah para sahabatnya untuk mengatakan kalau dia telah meninggal dunia. Hari itu, Rila menghembuskan napas terakhir sendirian di rumah sakit. Tidak ada yang menemani gadis itu di akhir hayatnya. Bangun dari kematiannya, gadis itu merasa lega. Tidak ada lagi yang menghalangi geraknya, tidak ada lagi selang–selang penghambat yang melekat di tubuhnya. 

Rila berdiri di atap rumah sakit, memandang jalanan di bawah sana yang sibuk sendiri dengan kemacetan. Apa yang dapat diharapkan dari jalanan Jakarta di sore hari? Rila memandang telapak tangannya yang tidak lagi bisa menyentuh apa pun. Dia menjadi seperti angin, bebas dan lepas. Rila tahu apa yang membuat dia menjadi seperti ini, menjadi makhluk yang tidak jelas jenisnya. Dia bukan lagi manusia, apa dia menjadi hantu? Penampilannya tidak pula seram seperti yang dipikirkan orang–orang. Tetapi, itu tidak penting. Rila harus cepat kembali ke tempat seharusnya dia berada sekarang. Tetapi sebelum itu, ada yang harus dia lakukan.

***

Bagaimana kehidupan yang kalian inginkan? Kehidupan yang dipenuhi harta berlimpah sehingga kalian bisa membeli apa pun yang kalian inginkan atau mungkin kehidupan yang hangat dan bahagia sudah cukup bagi kalian? Rila merasa tidak pernah punya impian, sebelum dia bertemu dengan 3 orang yang membuat kehidupannya terasa berbeda. Impiannya ingin selalu bersama mereka. Menjalani sisa hidup dan berakhir bahagia bersama sahabat–sahabatnya. 

Rila punya 3 orang sahabat semasa kuliah. Mereka sudah seperti keluarga yang selalu ada di saat Rila senang maupun susah. Pertemanan mereka begitu lekat hingga banyak yang iri pada mereka. Ada gadis manis bernama Aini, gadis cantik dan sedikit jutek bernama Gia, dan ada si cerewet Pika. Rasanya Rila tidak butuh apa–apa lagi jika bersama mereka. 

“Tulis di kertas ini apa yang mau kalian capai di tahun–tahun setelah kita lulus kuliah.” Pika memberikan kertas dan pulpen. 

Hari itu mereka pergi ke sebuah taman yang lumayan jauh dari kampus. Rencananya mereka akan piknik di sana. Pika, si gadis cerewet itu tiba–tiba memberi sebuah usulan. Dia meminta sahabat–sahabatnya menuliskan apa yang menjadi keinginan mereka di tahun setelah mereka lulus kuliah. Sebuah resolusi, sebentar lagi tahun baru katanya.

Semua menuliskan keinginan mereka. Piknik hari itu ditutup dengan janji bahwa mereka akan berkumpul kembali di sini dan membacakan resolusi yang sudah mereka buat. Rila tidak sabar menunggu hari itu. Dia ingin tahu apa yang ditulis para sahabatnya. 

Kehidupan mereka berjalan seperti biasa. Komunikasi mulai renggang ketika mereka masuk semester akhir. Grup mulai sepi tanpa chat. Belum lagi masalah–masalah kian menerpa persahabatan mereka. Hari itu, Aini meninggalkan grup. Meninggalkan semua hal yang pernah mereka lakukan. Melupakan kebersamaan mereka. Di kampus mereka sudah jarang bertemu, tugas akhir membuat mereka harus berjalan sendiri–sendiri.

Hari–hari pun berlalu. Rila wisuda lebih dulu dari para sahabatnya. Dia kira, seperti angan yang selalu mereka bicarakan, mereka akan wisuda bersama. Gadis itu sudah menunggu sahabatnya, tetapi hanya angin yang menyapanya sedari tadi. Tidak ada lagi pelukan hangat. Rila kembali sendirian. Mungkin, impiannya tidak akan jadi kenyataan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline