Lihat ke Halaman Asli

Ambigu

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Aku suka senyumanmu, aku menyayangi bulat matamu, aku menghasrati bibir molekmu, aku tersentuh dengan santun sifatmu, dan aku terpesona oleh gairah hidupmu. mmm… Aku mencintaimu saat ini, maukah jadi pacarku?”

“Saat ini? Bagaimana kalau besok tidak cinta lagi?”

“Saya akan berdo’a agar Tuhan membuatku mencintaimu besok dan lusa, dan seterusnya. Setiap kali aku merasakan cinta kepadamu aku akan berdo’a agar perasaan ini selalu ada.”

“Bagaimana kalau Tuhan tidak mengabulkan do’amu, dan suatu hari ia mencerabut perasaan cintamu padaku?”

“Kita mungkin berpisah.”

“Segampang itukah perpisahan? Seremeh itukah cinta menurutmu?”

“Apa yang gampang dan remeh? Kita kan tidak tahu apa yang membuat kita berpisah. Bagaimana kalau perasaanmu yang lebih dahulu dicerabut? Kamu pikir aku tidak punya kemungkinan patah hati?”

“Ah, aku bingung.”

“Mengapa bingung? Make it simple. Kamu juga mencintaiku. Aku bisa merasakannya.”

“Hah?? Darimana keegeeranmu itu datang?? Aku tidak pernah bilang itu!”

“Kamu tidak bilang? Tadi kamu bilang sendiri bahwa kamu takut rasa cintaku dicerabut. Kamu sesungguhnya telah mengatakannya, tapi yang aku rasa bukan dari yang kamu kata.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline