Lihat ke Halaman Asli

Belajar Mengolah Sampah dari Negara Jepang

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sedikit berbagi pengalaman ketika berada di negeri orang, tepatnya negeri matahari terbit, Jepang. Beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan pergi ke Jepang untuk bertemu dengan kakak yang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Kobe. Jepang sudah terkenal dengan sikap disiplin dan etos kerjanya sehingga menjadi sebuah negara yang maju seperti sekarang ini. Hal ini memang terbukti ketika saya menginjakkan kaki pertama kali hingga angkat kaki dari negeri ini. Semua hal mulai dari hal kecil seperti membuang sampah hingga hal yang besar seperti manjemen transportasi sangatlah teratur dan semua orang harus mengikuti aturan yang ada jika ingin bertahan hidup disana.

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi mengenai pengelolaan sampah di Negara Sakura ini. Kebersihan dari sampah sepertinya prioritas nomer satu oleh pemerintah Jepang. Terlihat dari setiap sudut baik kota maupun desa bebas dari sampah. Peran aktif dari masyarakat jepang juga turut membantu menyukseskan program pemerintah untuk mengurangi sampah di Negara tersebut. Kedisplinan masyarakat jepang terlihat ketika saya secara tidak sengaja membuang sampah di sebuah taman, bukannya merasa jijik atau malu, salah seorang perempuan Jepang mengambil sampah tersebut dan membuangkannya ke tempat sampah yang sesuai.

[caption id="attachment_174" align="aligncenter" width="190" caption="Petugas Sampah di Jepang"] [/caption]

Ketika menginap di apartemen dimana kakakku tinggal, saya diajari bagaimana mengelompokkan sampah-sampah sesuai dengan sifatnya. Secara prinsip sampah dibagi dalam empat jenis, yaitu sampah mudah terbakar (combustible), sampah sulit terbakar (non-combustible), sampah daur ulang (recycle) dan sampah ukuran besar. Sampah-sampah yang sudah dikumpulkan sesuai dengan jenisnya dimasukkan ke dalam satu kantong plastik besar lalu diletakkan di tempat penampungan sementara untuk diambil oleh petugas sampah.

Namun ada hal yang cukup unik dalam sistem pembuangan sampah di Negara jepang. Sampah-sampah yang telah dikumpulkan sesuai jenisnya tidak bisa langsung diangkut begitu saja oleh petugas sampah. Mereka akan mengambil plastik sampah yang tepat jenisnya dan sesuai jadwalnya. Sebagai contoh, hari senin merupakan jadwal untuk membuang sampah mudah terbakar di tempat penampungan sementara, maka petugas sampah hanya akan mengangkut kelompok sampah mudah terbakar saja.

Lalu apa konsekuensinya jika membuang sampah sesuai kelompoknya dan jadwalnya. Petugas sampah tidak akan mengangkut sampah tersebut dan akhirnya

[caption id="attachment_172" align="aligncenter" width="199" caption="Tempat Penampungan Sampah Sementara"] [/caption]

akan menimbulkan bau yang tidak sedap ke lingkungan sekitar. Hal memalukan yang akan terjadi adalah masyarakat sekitar akan mencap orang tersebut sebagai orang yang tidak peduli lingkungan, tidak disiplin dan akan dikucilkan oleh penduduk sekitar.

Sebenarnya hal yang lebih serius daripada sekedar dikucilkan jika tidak terbiasa membuang sampah sesuai kelompoknya. Mengutip dari blog Junarto Hendrawan, lahan tanah di dunia kini sudah hampir mencapai puncak kapasitasnya. Sampah yang menimbun dipermukaan tanah akan mengakibatkan kontaminasi pada resapan air tanah, yang pada akhirnya dapat meracuni kehidupan dan mengkontaminasi air tanah . Sementara itu, cara pengelolaan sampah dengan membakar secara tradisional dapat meningkatkan jumlah karbon monoksida dan gas karsinogen (penyebab kanker) yang akan mengotori atmosfer, disamping itu tidak semua sampah dapat didaur ulang oleh tanah. Oleh karena itu upaya pemisahan sampah perlu dilakukan untuk menjaga keberlangsungan hidup umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline