Lihat ke Halaman Asli

Luthfi Zain

Make your activity coz Allah

Jalaluddin Asy-Syuyuthi dalam Kitab Al-Itqon

Diperbarui: 31 Agustus 2021   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kita mengenal bahwasanya kitab al-Itqan merupakan induknya Ulumul Qur'an. Penulisnya adalah salahsatu dari dua penulis dengan sebutan Imam Asy-Suyuthi dari kitab tafsir yang terkenal, yakni Tafsir Jalalain. Ya, kitab tafsir ini di tulis oleh dua orang bernama Jalaluddin dengan kepanjangan nama yang berbeda, namun sama pada nama Jalaluddin. Beliau adalah Jalaluddin Asy-Syuyuthi. 

Nama lengkap beliau adalah al-Imam al-Hafizh abu al-Fadhl Jalal ad-Din 'abd ar-Rahman ibn Kamal ad-Din abi al-Manaqib abi Bakr ibn Nashir ad-Din Muhammad ibn Sabiq ad-Din abi Bakr ibn Fakhr ad-Din 'Utsman ibn Nashir ad-Din Muhammad ibn Saif ad-Din Khadhr ibn Najm ad-Din abi al-Shalah Ayub ibn Nashir ad-Din Muhammad ibn as-Syaikh Hammam ad-Din al-Hammam al-Khudhairiy al-Usyuthiy. Laqab beliau adalah Jalal al-Din. 

Sedangkan kun-yahnya adalah abu al-Fadhl. Berasal dari negeri beberapa ulama'. Yakni Al-Mishri, atau yang biasa kita sebut Mesir tepatnya di kota Asyuth. Dibesarkan dari kecil oleh kedua orangtuanya dengan pendidikan yang disiplin. Yang dengannya kemudian lahir ratusan karyanya dalam dunia Islam.

Mempelajari al-Itqan adalah seperti menyelami lautan ilmu yang luas. Bagaimana tidak? Seorang mufassir, atau biasa di sebut penafsir al-Qur'an. Ada beberapa cabang yang harus ada pada diri seorang mufassir. Kitab ini berisi 80 pembahasan.

Latar belakang membukukannya tujuannya adalah untuk memudahkan para penuntut ilmu. Ya, khususnya di bidang tafsir, karena ada langkah-langkah apa saja yang harus di kuasai dalam mempelajari atau mengembangkan tafsir. Sehingganya, para penuntut ilmu melaksanakan thalabul 'ilm dengan mudah dan secara bertahap. Dan juga mengkoreksi bagian mana yang belum di kuasai. Adalah sebuah penjagaan keotentikan penafsiran al-Qur'an yang seusai kaidah. Keotentikan merupakan sebuah kedisiplinan dalam berilmu, sehingganya firman berikut menjadi penguat dalam setiap apa yang ditekuni:

Artinya: "Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya."(Q.S. Al Isra':84) 

 Para penuntut ilmu tafsir menjadikannya pedoman dari berbagai referensi yang ada. Dan ke realisasi pelaksanaannya jika di terapkan sudah tidak dipertanyakan lagi. Karena ilmu itu sangat luas. Dan pada spesifikasi tertentu dalam bidang pun diperlukan kefokusan untuk sampai pada apa yang ditujukan.

Kedisiplinan Imam as-Suyuthi dalam bidang pendidikan membuahkan banyak karya dalam bidang keilmuan. Karya-karya Imam as-Suyuthi diantaranya Al-Itqan fi 'Ulum al-Quran, Mafatih al-Ghaib fi at-Tafsir, Nawahid al-Abkar wa Syawarid al-Afkar, Tafsir al-Jalalain, Turjuman al-Quran, Jami' al-Kabir (Jam'u al-Jawami'), At-Tawsyih 'ala al-Jami' ash-Shahih, Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim ibn al-Hajjaj, Alfiyyah fi Mushtholah al-Hadis, Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, Al-Luma' fi Asbabi Wurud al-Hadis, Taqrir al-Isnad fi Taysir al-Ijtihad, Al-Asybah wa an-Nazhoir fi Qawa'id wa furu' asy-Syafi'iyyah, dan beberapa karya lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline