Lihat ke Halaman Asli

Upaya Meningkatkan Kualitas Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Bondowoso

Diperbarui: 12 Oktober 2020   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lutiyah Manda Humaimah/181510601118

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki banyak manfaat. Kopi tidak hanya sekedar dikonsumsi sebagai minuman pendamping rokok, namun kopi juga dapat dimanfaatkan sebagai obat serta bahan pembuatan kosmetik. Tanaman kopi umumnya membentuk pohon kecil dan memiliki bunga berwarna putih serta memiliki aroma yang wangi. 

Menurut data yang dikeluarkan oleh DPR RI, perkebunan kopi di Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat. Perkebunan kopi rakyat di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 96% atau 1,21 juta ha dari total 1,26 juta ha. Jenis kopi yang banyak ditanam di Indonesia adalah kopi Arabica, kopi robusta dan kopi liberika. Salah satu daerah yang memiliki perkebunan kopi di Jawa Timur adalah Kabupaten Bondowoso.

Luas areal lahan perkebunan kopi di Bondowoso terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 menurut Kepala Dinas kehutanan dan perkebunan melebihi angka 13 ribu hektar bahkan akan menuju angka 17 ribu hektar. 

13 ribu hektar luas lahan perkebunan kopi tersebut meliputi 7 ribu hektar kopi arabika dan 5.500 hektar kopi robusta. Dengan bertambahnya luas areal perkebunan, juga akan menambah produktifitas dari kopi tersebut. Namun, dengan bertambahnya produktifitas belum tentu kualitas kopi berhasil memenuhi permintaan kopi di pasaran baik dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satunya pengembangan klaster kopi arabika di Kabupaten Bondowoso secara kualitas dan kuantitas masih kurang baik. Menurut Suradi, I dkk., (2017) rendahnya mutu kopi pada perkebunan rakyat disebabkan oleh kurangnya pemahaman serta pengetahuan petani kopi rakyat tentang cara bertanam kopi yang benar dan efisien, serta cara memproses kopi menjadi minuman siap saji. 

Kegiatan petani yang dapat menurunkan mutu kopi di Kabupaten Bondowoso antara lain pemeliharaan tanaman yang tidak intensif, petik racutan atau memetik buah kopi yang berwarna hijau dan dilakukan bila sisa buah di pohon sekitar 10%, serta dilakukan secara bersamaan atau serentak. 

Menurut Pamungkas dkk., (2019) panen secara serentak tersebut akan mengakibatkan tidak semua biji kopi memiliki ukuran dan berat maksimal. Biji kopi akan menyusut dan keriput setelah dilakukan proses pengeringan. Permasalahan lain yang dapat menurunkan kualitas akibat panen biji kopi hijau terletak pada penyimpanannya yang menggunakan karung dalam waktu yang lama dan tidak langsung dijemur. 

Faktor terakhir yang menyebabkan kualitas kopi mengalami penurunan yaitu proses pengeringan kopi dilakukan di jalan dengan alas karung bekas. Hal itu dikarenakan para petani masih belum menguasai pengetahuan tentang budidaya dan pengolahan kopi yang akan meningkatkan kualitas, serta kurangnya modal usaha.

Dengan melihat kondisi seperti itu Pemkab Bondowoso ingin menyamakan mutu kopi rakyat dengan kopi milik PTPN XII. Pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu yaitu dengan melakukan program pemberdayaan, kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam hal budidaya hingga pasca panen kopi. Mendukung fasilitas promosi, pembangunan fisik insfrastruktur, sarana dan prasarana pelengkap klaster kopi Arabika di Kabupaten Bondowoso. 

Biaya fasilitas yang akan diberikan untuk mendukung program pengembangan yaitu meliputi biaya pembangunan fisik insfrastruktur sarana prasarana, modul pelatihan, trainer, narasumber serta dukungan untuk melakukan promosi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline