Lihat ke Halaman Asli

Apa Kata Tim Sukses Cappres Prabowo di Mata Najwa?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14010455241421126712


Berbicara tentang makna dari sikap seseorangbukanlah hal yang tidak mungkin untuk dipelajari. Karena, pada hakekatnya semua sikap manusia itu bisa di pelajari meskipun tidak mudah bahkan beberapa orang berpendapat bahwa ilmu ini termasukpseudoscience. Berangkat dari kesamaan makna dari sikap manusia sesuai dengan teori Carl Jung yang dikenal dengan teori Collective Uncouncious.

Apakah itu Collective Uncouncious ? Jung mengartikannya dengan semua memori yang bersifat umum yang dirasakan manusia. Dari teori Jung ini, kita dapat mengambil benang merah bahwa kebanyakan manusia secara umum akan menghasilkan sikap atau bahasa tubuh yang dibentuk dari pemikiran karena adanya makna umum.

Sekarang kita tinggalkan teori Jung diatas, dan kali ini saya akan mencoba menganalisa bahasa tubuh dari dua orang tim sukses CapPres Prabowo, yakni ; Fahri Hamzah dan Fadli Zon melalui link video berikut ini www.youtube.com/watch?v=h0KWFzFKXII . Dari Latar belakang diatas tujuan penulisan kali ini adalah untuk mengetahui kesan dan pesan dari Fahri Hamzah dan Fadli Zon sebagai Tim Sukses CapPres Prabowo melalui video diatas.

Dari video tersebut saya mendapatkan beberapa indikator ;

1.Gestur muka, mimik.

Fahri Hamzah dan Fadli Zon sempat tertawa dengan mulut terbuka di sela-sela mendengarkan tim sukses CapPres lain memotong penjelasan yang disampaikan oleh Fadli Zon. Berdasarkan kitab yang menjadi panduan saya yaitu karya Hermann Strehle yang berbunyi : “tertawa merupakan suatu pengeluaran udara dari dalam tubuh yang kira-kira ritmis.” Tertawa yang terbuka dengan kondisi mulut terbuka lebar menunjukkan adanya gerakan keluar, tertawa seperti ini memberikan kesan terbuka , bebas , berani dan menjadi satu dengan yang lain. Semua ini dilihat dari pola dasar yang ditekan kan oleh kebudayaan di dunia timur, hal ini terjadi karena ekspresi wajah berfungsi sebagai cara konvensional untuk berkomunikasi.

2.Gerakan Tangan.

Fahri Hamzahdi video tersebut terlihat gerakan tangan dengan telapak terbuka, menggerak-gerakkan dan memainkan tangannya, dalam hal interaksi yang biasa kita lakukan biasanya kita sering sekali menggerakkan tangan kita yang bersifat uncouncious ( tidak kita sadari ) secara berulang-ulang. Hal tersebut sering disebut dengan Gestulation ( gerakan-gerakan yang menyertai omongan/pembicaraan ) dan ini berfungsi untuk explain (menjelaskan) dari pembicaraan tersebut.

Berbeda dengan Fadli Zon yang bukan hanya membuka tangannya namun juga menunjuk dengan jari telunjuknya. yang artinya mengarahkan pada topik pembicaraan yang ia jelaskan.

3.Cara Duduk.

Terlihat sekali posisi duduk Fahri Hamzah pada video diatas merasa tenang, merasa aman , mempunyai kepercayaan pada lingkungan di sekitar kita, maka ada kecenderungan bahwa kita akan duduk bersandar sambil melemaskan urat-urat. Terutama melemaskan tungkai tetapi masih memperhatikan lingkkungan kita sehingga masih terlihat ada ketertiban ( Hermann Strehle : 86 )

Berbanding terbalik dengan Fadli Zon yang terlihat dalam posisi duduk yang terancam. Dapat kita lihat pada orang yang tidak mempunyai kepercayaan pada dunia luar, merasa diri terancam, bila duduk akan mengambil sikap siap sedia untuk melarikan diri atau melawan. ( Hermann Strehle : 86 )

Kesimpulan...

Sikap tubuh merupakan tanda lain yang utama dalam komunikasi Verbal maupun Non Verbal, dan dapat terjadi tanpa sengaja ( Uncouncious ) , tak disadari namun memberikan tanda-tanda sosial yang penting. Ada sikap-sikap Superior ( dominant ) ada juga sikap-sikap yang inferior. Dengan seluruh sikap tubuhnya, seseorang dapat menyatakan keadaan emosionalnya, misalkan duduk dan bersandar.

Dari video diatas, kita bisa lihat bahwa Fahri Hamzah dan Fadli Zon ingin menjelaskan CapPres Prabowo tidak terkait dengan kasus pelanggaran HAM. Dan bahwa isu yang diangkat dari tim sukses lawan politik hanya sebagai manivestasi politik dari PDIP, dimana ketika dulu PDIP ( bu Mega ) masih mendukung bebas akan masalah-masalah HAM. Ketika sekarang menjadi lawan politik, situasi dibalik dan PDIP menjadikan hal tersebut pelanggaran HAM sebagai senjata menyerang CapPres Prabowo.

Sumber :

1.Hermann Strehle, (1983), “Meinen, Gesten, Und Gebarden”, Bandung, Biro Psikologi Persona

2.Feist & Feist, (1998), “theories of personality”, New York, McGrawHill

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline