Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Lutfi

Tenaga pengajar dan penjual kopi

Bumi dan Manusianya Ada, tapi Cintanya yang Mulai Tiada

Diperbarui: 26 April 2020   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Bumi | Foto : kompas.com

Siapa sih yang tidak pernah jatuh cinta? Pasti semuanya pernah jatuh cinta. Cinta tidak melulu soal pasangan laki-laki dan perempuan, tetapi dapat juga cinta terhadap orangtua, pekerjaan, alam, lingkungan dan binatang peliharaan. 

Dalam usaha menunjukkan perasaan cintanya, seseorang dapat melakukan hal yang konyol sekali pun. Misalnya, meminum racun agar pasangannya tahu kalau benar-benar tulus mencintai.

Dulu ada ungkapan jika orang yang sedang jatuh cinta, tahi kucing pun rasanya cokelat. Ungkapan lainnya adalah dunia rasanya milik berdua. Kedua ungkapan tersebut memang rasanya berlebihan, tapi begitulah orang yang sedang jatuh cinta, rasa-rasanya ingin melakukan apa saja asal pasangannya bahagia.

Cinta yang tidak melulu soal rasa antara manusia dengan manusia dapat dicontohkan seperti orang yang menikahi menara Eiffel, boneka, mainan bahkan makanan. 

Ada alasan pribadi yang membuat seseorang menikahi objek-objek tertentu, misalnya jatuh cinta pada pandangan pertama, ketidakpercayaan terhadap pasangan yang berwujud manusia, dan anggapan objek non manusia lebih setia.

Contoh-contoh bentuk cinta di atas baik cinta terhadap sesama manusia maupun objek lainnya tidak akan terbayang bagaimana damainya jika ditunjukkan pula kepada bumi tempat berpijak. 

Kita dapat membayangkan barangkali tidak ada sampah di sungai, tidak ada penebangan pohon sembarangan, dan eksploitasi sumber daya alam berlebihan.

Meminjam kata-kata Bapak Sapardi Djoko Damono yang kemudian sedikit dipelesetkan sehingga bunyinya begini "aku ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana tangan tak membuang puntung rokok di depan mata. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana tangan tak memotong ranting kayu sebarangan."

Melihat yang begitu, betapa romantisnya manusia dengan bumi, saling mesra satu sama lain, saling membelai tanpa saling mengorbankan. Sayangnya, yang mesra-mesra model begitu saat ini mulai tiada. Eksploitasi besar-besaran hingga lupa kalau besok masih mau makan lagi membuat bumi atau alam sudah mulai bosan dalam lagu Ebiet G Ade.

Lihat saja saat ini, banjir sudah dimana-mana dan tidak dapat dibendung lagi. Tanah longsor, gempa bumi dan gunung meletus pun kerap terjadi. Barangkali, khususnya Indonesia suatu saat nanti yang pernah disebut serpihan potongan surga oleh Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir bukan lagi tempat yang indah untuk dipandangi dan tempat yang nyaman untuk dikunjungi.

Cepat sembuh bumi hanya akan menjadi sebuah harapan dan doa yang tidak akan terealisasi kalau tanpa pengorbanan. Cinta manusia terhadap bumi harus ditumbuhkan dan dibuktikan dengan berbagai bentuk kegiatan meski yang sederhana sekalipun seperti meludah pada tempatnya. Cepat sembuh bumi saat ini semoga bukan pengharapan terakhir sebagaimana Zainuddin mengharapkan Hayati untuk kembali setelah tenggelam bersama kapal Van Der Wijck.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline