Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Lutfi

Tenaga pengajar dan penjual kopi

Isra Mikraj, Virus Corona, dan Refleksi Diri

Diperbarui: 24 Maret 2020   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Hari Jumat yang lalu, tepatnya tanggal 20 Maret 2020 kami agendakan perayaan Isra Mikraj Nabi Besar Muhammad saw. Proposal sudah di ACC oleh pihak sekolah dan persiapan sudah matang. Sayang beribu sayang kegiatan isra mikraj di sekolah kami gagal dilaksanakan setelah diterbitkannya surat edaran untuk belajar di rumah tanggal 16 Maret lalu.

Surat edaran itu diterbitkan untuk mengantisipasi semakin merebaknya virus corona yang saat ini menjadi pandemi global. Satu dari agenda kegiatan kami pun gagal.

Siswa yang semula sudah mengetahui agenda kami juga ikut menyayangkan gagalnya kegiatan isra mikraj. Lantas mau bagaimana lagi, kami juga harus memerhatikan kemaslahatan bersama.

Sebenarnya, urungnya peringatan isra mikraj bulan ini bukan di sekolah kami saja. Dari masjid dan mosalla yang biasa merayakan isra mikraj tidak terdengar pengumuman akan mengadakan peringatan.

Bahkan, di Masjid Jami' di pusat kota juga tidak terdengar informasi kalau akan mengadakan isra mikraj. Toa masjid kali ini sepi dari pengumuman isra mikraj.

Lalu hikmah  apa sebenarnya yang dapat diambil dari kejadian ini?

Menyikapi kejadian ini, refleksi diri kita pandang perlu untu dilakukan. Mari kita tarik mundur ke belakang, tepatnya satu tahun yang lalu kita masih bisa memperingati isra mikraj  bersama-sama, menghadiri pengajian dan menyimak ceramah kiai. Selain itu, pawai obor dan selawat kita dengar saat malam isra mikraj.

Namun, saat ini situasi tidak memungkinkan. Barangkali saat ini adalah waktunya kita mengaji sendiri hidup kita melalui peristiwa isra mikraj dan pandemi virus corona ini. Saat ini kita diberi kesempatan untuk bertafakur melebur diri dalam kesunyian malam. Saat ini kita diberi kesempatan beribadah secara pribadi dan bersama keluarga dengan sebaik-baik ibadah dan dengan sebaik-baik pendekatan.

Refleksi diri dapat dilanjutkan pada tahun terjadinya peristiwa isra mikraj sendiri. Peristiwa tersebut dapat dikatakan sebagai hadiah yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengobati kesedihan Nabi. Tahun tersebut memang disebut sebagai tahun kesedihan karena wafatnya dua orang yang disegani dan disanyangi Nabi, yaitu Abu Thalib dan Khadijah.

Peristiwa isra mikraj terjadi dalam waktu satu malam. Perjalanan dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.

Peristiwa ini dapat diproyeksikan sebagai hubungan horizontal dan vertikal. Secara horizontal melambangkan hubungan sosial dan vertikal melambangkan hubungan dengan Allah Swt. Di dalam peristiwa isra mikraj itulah Nabi Muhammad saw. mendapatkan perintah untuk melaksanakan salat lima waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline