Lihat ke Halaman Asli

Lutfi Rahman

Mahasiswa

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Sebagai Ungkapan Rasa Syukur

Diperbarui: 10 Desember 2022   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Nabi Muhammad SAW. Sumber ilustrasi : Canva

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ada sekitar 1,5 miliar umat Islam di dunia, 200 juta di antaranya tinggal di Indonesia. Indonesia adalah negara yang majemuk, negara yang kaya akan budaya dan tradisi. Perayaan Maulid Nabi merupakan salah satu tradisi atau budaya keagamaan yang sudah menjadi acara tahunan yang selalu diperingati di negara kita. Hampir setiap lapisan masyarakat Islam memperingatinya, mulai dari masjid di pusat kota hingga sudut-sudut mushola di desa-desa.

Peringatan Maulid Nabi Saw merupakan suatu bentuk rasa syukur dan ungkapan kegembiraan pada hati para pecinta karena adanya Nabi Muhammad Saw. Bergembira karena Rasulullah Saw adalah perintah Allah melalui Al Qur’an :

قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah dengan karunia Allah dan Rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus : 58).

Melalui Al Qur’an Allah memerintahkan kita untuk bergembira karena rahmat-Nya, sedangkan dengan adanya Nabi Muhammad Saw merupakan rahmat terbesar yang pernah ada, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an :

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

“Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS Al Anbiya : 107)

Seseorang yang pertama kali memperingati Maulid Nabi adalah Shohibul Maulid sendiri, yaitu Nabi Muhammad Saw, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shohih : Dari Umar ibn Al Khottob R.A, Ia berkata : Beliau (Rasulullah Saw) ditanya mengenai puasa pada hari senin, lantas beliau menjawab : “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan, dan hari dimana aku diutus (menjadi Rasul) atau hari pertama aku mendapatkan wahyu.” (HR Muslim dalam Shohihnya 7/320)

Menurut catatan Sayyid al-Bakri, pelopor pertama kegiatan Maulid Nabi adalah al-Mudzhaffar Abu Sa`id, seorang raja di daerah Irbil, Baghdad. Ketika itu peringatan Maulid dilakukan oleh masyarakat dari berbagai kalangan dengan berkumpul di suatu tempat. Mereka bersama-sama membaca ayat-ayat Al-Qur’an, membaca sejarah ringkas kehidupan, perjalanan dan perjuangan Rasulullah, melantunkan shalawat dan syair-syair kepada Rasulullah serta diisi pula dengan ceramah agama. (al-Bakri bin Muhammad Syatho, I`anah at-Thalibin, Juz II, hal 364)

Sedangkan menurut sebagian histori, pelopor yang pertama kali memperingati Maulid Nabi adalah Sultan Salahudin Al Ayyubi. Yang mana beliau mempunyai tujuan untuk mengenalkan Sunah, Sirah Nabawiyah dan budi pekerti (akhlak) Nabi Saw yang Mulia. Dimana pada masa itu orang-orang muslim mulai meninggalkan syariat dan Sunnah Nabi Saw, dan yang paling memperhatinkan ialah ketika seorang muslim tidak mengenal Nabinya sendiri, maka bagaimana akan tertanam rasa cinta apabila belum menganal sosoknya. Seperti kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”. Maka dengan peringatan Maulid tersebut sang Sultan bertujuan untuk membangkitkan semangat umat islam dengan mensyiarkan suatu peringatan yang dapat mengingatkan dan mengenalkan seorang muslim kepada Nabi nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline