Lihat ke Halaman Asli

Golden Age: Masa Penanaman Akidah

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usia 0-8 tahun ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Jika fondasi tersebut disusun dengan bahan-bahan yang baik dan teranyam kuat, bangunan setinggi apapun yang ada di atasnya akan berdiri kokoh. Tak terguncang karena angin. Tak roboh karena gempa. Fondasi itu adalah usia anak kita 0-8 tahun. Dan bangunan itu usia anak kita selanjutnya.

Disini jelas bahwa masa Golden Age atau masa keemasan bagi sang Buah Hati ditandai pada saat berusia 0-8 tahun. Ada beberapa karakteristik umum diantaranya yaitu si anak cepat menangkap sebuah kepekaan. Anak lebih bersifat untuk menjadi peniru dan cepat menangkap “pesan”. Otak manusia terdiri dari 100 neuron dimana akan bisa berkembang 20% apabila dirangsang dengan sebuah pendidikan. Ini akan berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya informasi yang di sampaikan dalam system syaraf otak dan setiap syaraf otak memiliki jalur “pesan” yang berbeda.

Pada masa inilah anak mudah untuk dibentuk. Jika keluarga dan lingkungan menuntut si anak menjadi seorang pekerja, maka disinilah waktunya. Karena hakekatnya yang mereka tiru adalah apa yang mereka sebut uswah, dan uswah yang paling dekat adalah keluarga.

Marilah kita sejenak memperhatikan sabda Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam, ketika mengumpulkan anak cucunya seraya bertanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam Al Qur’an : “Ketika Ya’qub berkata pada putra putranya : “Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku ? (QS. Al Baqarah 133). Pertanyaan Nabi Ya’qub kepada putra putranya ini menggambarkan keprihatinan orang tua terhadap generasi penerusnya dalam hal agama, aqidah dan peribadatannya.

Tugas utama orang tua adalah mengantarkan anak menjadi manusia yang mengerti tujuan hidupnya, untuk apa ia diciptakan. Kita bekerja keras agar bisa memberi pendidikan yang terbaik, bukan dengan memasukkan mereka ke sekolah unggulan, tetapi memasukkan landasan hidup yang penting ke dalam jiwa mereka sehingga ke mana pun mereka pergi, ridho Alloh juga akan mereka cari. Orientasi hidup inilah yang perlu kita tumbuhkan semenjak dini sehingga ia belajar menimbang dan menilai. Orientasi hidup yang mengakar semenjak dini inilah yang kita harapkan menjadi daya penggerak bagi kehidupannya kelak. Wallohu a’lam.

Chatib, Munif. 2013. Orangtuanya Manusia. Bandung: Mizan Media Utama.

Fauzil Adhim, Mohammad. 2013. Segenggam Iman Anak Kita. Yogyakarta: Pro-U Media

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline