Lihat ke Halaman Asli

Mari Kenalkan Batik Tulis Jetis Sidoarjo untuk Anak Usia Dini dengan Cara Ini

Diperbarui: 27 Maret 2018   01:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: wisatajawatimur.xyz

Sidoarjo adalah sebuah kota yang terletak di sanding kota Surabaya. Kota yang hampir mirip dengan kota Surabaya ini juga memiliki suhu yang hampir sama, yakni kira - kira mencapai 24 derajat celcius.

Kota Sidoarjo kini memang biasa disebut sebagai kota lumpur. Dimana pada tahun 2006 silam terjadilah sebuah tragedi bocornya pipa minyak bumi yang bertempat di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Sidoarjo terkenal sebagai kota lumpur lapindo selama kurang lebih 11 tahun terakhir. Tak hanya itu, kota Sidoarjo juga memiliki berbagai macam aset peninggalan dari nenek moyang yang diwariskan kepada anak cucunya. Salah satu aset penting tersebut adalah Batik Tulis Jetis. Batik Tulis Jetis Sidoarjo sudah berdiri sejak tahun 1675.

Batik tulis jetis adalah bukti kekayaan warisan nusantara. Dinamakan batik tulis jetis karena pusat pembuatan batik tulis Sidoarjo bertempat di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sidoarjo. Hampir semua penduduk di Kelurahan Jetis memproduksi batik tulis ini. 

Tidak hanya memproduksi saja tetapi juga memasarkannya di tempat yang sama, yaitu Kelurahan Jetis. Oleh karena itu, penduduk yang membuat batik di Kelurahan Jetis menamakan kampung mereka menjadi Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo.

Ilustrasi : www.wisatasidoarjo.com

Batik tulis jetis sama saja seperti batik tulis pada umumnya, tetapi yang lebih ditonjolkan pada batik tulis jetis ini adalah motif dan corak pada batik tulis jetis lebih didominasi motif flora dan fauna yang khas dengan kota Sidoarjo (motif abangan dan ijo -- ijoan dengan gaya Madura, motif burung merak, motif beras kutah, motif krubutan atau campur -- campur, dan lain sebagainya) serta terdapat pada warnanya yang cerah dan mencolok (merah, kuning, hijau dan hitam).

Batik kini mulai jarang diminati oleh masyarakat, dikarenakan motifnya yang hanya itu -- itu saja atau bahkan harganya yang lumayan menguras kantong. Jadi, sangat sulit bagi masyarakat untuk melestarikan warisan nusantara berupa batik.

Untuk lebih memudahkan agar mengenalkan batik pada anak -- anak, para orang tua, guru maupun orang terdekat haruslah ikut membantu berpartisipasi dalam menangani masalah seperti ini, supaya warisan nusantara tidak hilang ditelan zaman atau bahkan direnggut dan diakui oleh negara lain.

Salah satu cara untuk melestarikan batik bagi anak -- anak adalah dengan selalu memberikan pelatihan membatik kepada anak -- anak. Namun, cara yang digunakan haruslah berbeda dengan membatik pada umumnya. Batik pada umumnya menggunakan bahan utama kain mori, canting dan malam atau lilin yang panas.

Jika anak -- anak membatik menggunakan malam atau lilin panas itu akan membuat tangannya terluka dan membahayakan diri anak. Maka, malam atau lilin panas harus digantikan dengan bahan yang mudah digunakan dan tidak membahayakan bagi anak, yakni menggunakan bahan yang biasa digunakan untuk melakukan finger painting.

Ilustrasi : spicalandblog.blogspot.co.id

Finger painting adalah suatu jenis kegiatan permainan yang dimaksudkan untuk membuat karya berupa gambar, dilakukan dengan cara menggoreskan suatu adonan kental berwarna warni menggunakan jari jemari (tanpa alat) anak ke dalam kertas atau media lainnya. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline