Lihat ke Halaman Asli

Guru yang Dirindukan

Diperbarui: 10 Oktober 2017   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Semua berawal dari kisah di sebuah desa yang terletak jauh di pedalaman. Ini adalah lanjutan dari sebuah kisah klasik ku yang sudah aku curahkan di waktu yang lalu.

Sudah satu setengah bulan berpisah dengan mereka, rindu? Pasti. Ingin kembali? Ya.

Dulu, awalnya kami masih belum kenal satu sama lain, masih malu - malu, sungkan, tidak pede, bahkan takut. Akan tetapi, semua itu adalah fase, dimana teori alam berkata : tak kenal maka tak sayang. Hal itulah yang tengah terjadi diantara kami dan mereka.

Sebelum aku dan dua rekanku berpisah dengan mereka, kami sengaja memberikan nomor telfon kepada anak - anak supaya mereka tetap bisa bersilaturrahmi dengan kami. Meskipun jarak yang amat sangat jauh, kami masih bisa bercengkrama dan bersenda gurau dengan mereka via message.

Tak berselang lama ketika aku dan rekan - rekan KKM pulang ke rumah masing - masing, mereka akhirnya menghubungi kami satu per satu. Mereka selalu menghubungi via message, whatsAppbahkan telfon. Selalu ada kata "kak.. kangen" dan "kak... kapan kesini lagi??" yang mereka lontarkan, bahkan ada juga yang bilang "kak.. kapan ngajar disini lagi??".

Sedih sebenarnya, ketika mereka merengek seperti itu. Tapi apalah daya, raga ini masih belum bisa bertemu dan melepas rindu dengan mereka. Waktu dan jarak yang susah dijangkau membuat kami sangat sulit untuk kembali kesana.

Jauh di lubuk hati yang paling dalam, kami ingin sekali kembali dan bercengkrama dengan mereka lagi. Namun, takdir berkata lain. Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk kembali kesana. Harus berbenah diri lebih dulu agar bisa kembali kesana dengan pribadi yang lebih baik agar bisa mengajari anak - anak dan membuat perubahan lebih baik pada desa itu.

Padahal sebelum kami datang kesana untuk membantu mengajar mengaji, yang datang untuk mengaji hanya segelintir siswa saja. Akan tetapi, ketika kita datang kesana mereka sangat senang dan antusias sehingga mereka pada rajin mengaji.

"Memang begitu anak - anak, kalau ada yang datang pasti mereka rajin masuk. Tapi kalau nggak ya jarang - jarang ngajinya", kata si ibu pemilik TPQ. Senang rasanya ada orang yang masih menghargai usaha apapun yang kami lakukan bahkan sekecil apapun itu seperti mendampingi mereka mengaji.

Sebelum pamitan, kami berusaha memberikan pengertian kepada anak - anak bahwa mengaji itu penting, jangan sampai menyepelekan bahkan meninggalkan rutinitas mengaji. Meskipun ada atau tidak adanya kami (orang baru), mereka harus tetap semangat dalam mengaji, tetap semangat mengejar surga-Nya Allah.

Dan pada akhirnya... teori alam itu pun terjadi. Ketika belum kenal, mereka masih mengasingkan diri dengan kami, padahal kami sudah mencoba welcomedengan mereka. Tapi sekarang?? Justru terbalik. Semula yang belum kenal merasa asing dan takut, sekarang sudah kenal merasa ingin bertemu terus dan tak mau ditinggal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline