Lihat ke Halaman Asli

Keadilan = Uang?

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua bermula pada hari itu, rohim, seorang remaja yang enerjik, selalu menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang berguna, rohim adalah anak yang santun, rajin mengaji serta menabung, mengehabiskan sebagian besar uang jajan untuk ditabung buat nanti ibu nya naik haji.

Kala itu, langit terasa mendung, angin sudah bertiup kencang, petir pun sudah menampakan kilatnya, rohim dengan semangat juang nya melaju menuju rumah nya dengan menggunakan motor angsa tercintanya (bebek sudah terlalu mainstream), ceritanya rohim abis dari kondangan yang jauh,

*jegeeerrrrrrrr* (anggap aja suara petir)

“Wah… kira-kira sampai rumah tepat waktu gak yah, harus ngebut dikit nih”

Rohim pun melaju dengan kecepatan yang agak cepat, hujan pun turun perlahan (gerimis maksudnya), rohim semakin gelisah ketika melihat indikator bensin nya sudah hampir habis, rohim memutuskan untuk membeli bensin terlebih dahulu,

*sesampainya di SPBU*

“Waduh antri nya panjang banget, mana mau ujan becek nih dikit lagi” (ngedumel)

Sekitar 10 menit kemudian

“aduh masih ada 5 motor lagi” (berkata dalam hati)

Tidak begitu lama, ada sebuah mobil yang dating untuk mengisi bensin di SPBU tersebut,

*bruummm brummm cittt* (suara mobilnya nih lagi mau ngisi bensin)

Rohim pun terkejut manakala petugas SPBU lebih mendahulukan pengguna mobil tersebut yang jelas-jelas baru dating tapi langsung dilayani ketimbang antrian motor yang sudah lama menunggu (maklum lagi sepi yang jaga SPBU nya)

“huft, sabar-sabar, beginilah nasib kaum level rendah”

Tiba tiba ada seorang orang tua yang berteriak kepada petugas SPBU

“Mas! Ini gimana si, saya udah ngantri lama, malah yang didiemin, mobil yang baru dateng malah langsung dilayanin!” (suara orang tua tersebut yang sedang naik daun, ehh, naik darah)

Petugas tersebut pun kaget, dan meminta maaf kepada  orang tua tadi, tapi tak disangka, supir dari mobil tadi keluar dengan raut wajah marah,

“Pak! Sabar dong, yang lagi dilayani kan saya dulu, bapak nanti, kalo mau cepet naik mobil pak makanya, asal bapak tau, yang lagi saya supirin itu pejabat, bapak jangan macem-macem”

Orang tua tersebut hanya bisa terdiam manakala supir tersebut berbadan kekar, akhirnya, petugas kembali melayani pengguna mobil tersebut, setelah kejadian tersebut, rohim pun keluar SPBU dengan perasaan yang sedikit kesal (udah ngisi bensin ceritanya), sekitar 15 menit kemudian rohim sampai dirumahnya

“Assalamualaikum” rohim mengucapkan salam

“waalaikum salam, gimana him tadi acaranya?” Tanya ibunya rohim

“Lancar bu, tadi penganten nya cakep bener, rohim jadi ngebet nikah” rohim berkata dengan nada bercanda

“Emang ada yang mau sama kamu?” balas ibunya dengan nada ngeledek

“yah ibu begitu banget sama anaknya, oh iya bu, emangnya kalo mau cepet harus punya duit ya bu?” Tanya rohim penasaran

“loh? Kok nanya nya gitu? Ada apa emangnya? Ibu nya berbalik nanya

Rohim lalu menceritakan kejadian yang terjadi di SPBU

“ohh begitu toh” sambil menganggukan kepada ibunya berkata demikian

“itu si pandangan sebagian orang aja him, mereka mikir semua nya bakal cepet kalao ada duit, kaya orang yang kena kasus korupsi, mereka punya uang, mereka sogok semua pihak, jadi cepet kasusnya kelar, ya namanya juga orang, susah nyari orang yang bisa adil dan jujur, kamu jangan jadi orang kaya gitu ya” ibunya menjelaskan kepada rohim

“iya bu, jadi orang kaya kita cuma bisa pasrah gitu bu?” rohim kembali bertanya

“ya mau bagaimana lagi him, kita cuma orang biasa yang cuma bisa menuntut keadilan tapi gak pernah dapet keadilan tersebut” ibunya menjawab

Tidak lama setelah itu, hujan pun turus dengan deras, rohim pun melakukan kegiatan yang biasa dilakukanya ketika sore tiba yaitu berkumpul dengan keluarga nya yang hangat

ingat, kejadian diatas hanya fiksi belaka, mohon maaf bila ada nama yang bersangkutan, bila ada yang tdak suka, mohon dimaklumi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline