Lihat ke Halaman Asli

Nisa Lutfiana

Okee saya seorang perantau yang tengah mencari penghidupan di perbatasan negeri ini :)

Untuk Calon Suami Ku

Diperbarui: 26 Januari 2016   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menulis ini bukan karena begitu ingin menikah. Bukan. Judul ini ku pakai karena saat ini aku (masih) sendiri, atau bahasa ke-kini-annya bolehlah disebut jomblo. Entah kapan akan punya pacar, atau mungkin tidak melalui proses itu, bisa saja. Siapa tau. Sehingga ‘calon suami’ menjadi judul ideal bagiku yang InyaAllah nanti memiliki suami. Aamiin.

Malam ini aku baru pulang dari jalan-jalan bersama teman-teman PKL (di Balai Karantina Kelas I Semarang) dari berbagai universitas dan SMK, bersepuluh dengan 7 motor. Kami berangkat jam 14.00, langsung cus ke Sam Pho Kong, lanjut makan Mie Ayam Pak No di daerah musuh (kata si dedek unyu), menunggu maghrib di DP Mall, kemudian menikmati sensasi malam Lawang Sewu dan ditutup duduk-duduk di Tugu Muda.

Dalam hal jalan-jalan dan menikmati kota yang lumayan asing aku setuju dengan pendapat Triniti, si penulis Naked Traveler, novel jalan-jalan yang laris manis di pasaran itu. Menurutnya, traveling (buat aku sih jalan-jalan) idealnya dilakukan oleh 4 orang, jangan lebih, kurang lebih baik. Karena semakin banyak orang, maka semakin berwarna kemauannya juga. Oleh sebab itu aku tulis tulisan ini, untukmu, mas.

Mas, nanti setelah kau menjadi milikku, maukah kau menemaniku jalan-jalan? Aku sangat suka jalan-jalan. Bukan, bukan naik motor, mobil atau kendaraan pribadi lainnya. Aku ingin mengajakmu berjalan kaki, mengendarai kendaraan umum dan berinteraksi dengan pedagang makanan, tukang parkir, pak satpam, sopir bus/angkot dan orang-orang yang sedang berlalu-lalang. Menanyakan arah jalan, tempat makan murah dan ah, tentu saja meminta tolong mereka mengambil gambar kita berdua. Menyenangkan bukan? Buatku, dengan begitu, kita akan lebih menikmati kota yang kita singgahi.

Mari kita mengunjungi museum. Aku menyenanginya, membaca setiap tulisan yang terpampang di museum. Jangan kau minta aku cepat-cepat ya? Aku menikmati setiap detik di museum. Tapi teman-teman ku jarang ada yang senang diajak ke museum dan berlama-lama di sana. Aku tak berani ke museum sendiri, karna biasanya museum sepi pengunjung. Menyeramkan di museum seorang diri. Janganlah kau lupa kalau aku (terkadang) penakut.

Atau bolehlah kita ke pantai, mainkan air dan pasirnya. Udaranya, angin yang menerbangkan kerudungku dan ah, aroma pantai. Selalu ada kedamaian yang ku rasakan. Temanilah aku membaca buku di sana. Berkemah di bukit juga tak apa. Tapi maafkan aku jika nanti aku membebanimu, fisik ku tak sekuat dirimu.

[caption caption="Jalan. http://www.spdi.eu/eyre-highway-jalan-raya-lurus-terpanjang-di-australia/"][/caption]

 

Temani aku ya? Aku ingin melakukannya bersamamu. Jika kau tak suka, mengalahlah saat itu saja. Ah, Banda Neira sedang melantun di handphone-ku saat ini. Biar ku nyanyikan sedikit untukmu.

Berjalan lebih jauh

Menyelam lebih dalam

Jelajah semua warna

Bersama, bersama, bersama

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline